REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Santri Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS) Malang, Jawa Timur, berhasil memborong enam medali dalam perhelatan internasional. Kali ini para santri berhasil membawa medali dalam event International Islamic School Robot Olympiad (IISRO), yang diselenggarakan Jumat hingga Ahad (7-9/9) lalu.
Dalam event tersebut santri-santri ini berhasil menyisihkan 300 tim dari berbagai sekolah Se- Asia. Kegiatan ini diselenggarakan di International Islamic University Malaysia.
Santri Tazkia IIBS berhasil membawa satu medali emas dan lima medali silver. Tiga orang santri mewakili Tazkia IIBS unjuk gigi dalam perlombaan tersebut. Mereka adalah Ipangga Hulian dan Khairul Aslam dari jenjang SMA, serta Darvesh Valubia Nabel dari jenjang SMP.
Salah satu peserta, Ipangga Hulian menyatakan, Tazkia IIBS mengikuti lomba robotik dalam enam kategori. Yaitu kategori creative project, time rush, gathering, resque, sumo dan under water.
Semua negara yang ikut berpartisipasi tidak mengikuti seluruh kategori yang ada. "Kami mempersiapkan robotnya untuk dapat berpartisipasi dengan berbagai kategori," ujar Ipangga dalam keterangan tertulis yang didapat Republika.co.id, Sabtu (15/9).
Dalam setiap perlombaan, santri bertarung sesuai dengan jenjang sekolahnya. Tetapi ada beberapa perlombaan yang pesertanya tidak hanya tingkat SMP saja melainkan dari perguruan tinggi.
Seperti kategori time rush, peserta yang ikut berasal dari mahasiswa Universitas Malaysia. Sedangkan Tazkia IIBS mendelegasikan pesertanya dari santri kelas VIII SMP.
"Hal yang sam pada kategori creative project diikuti oleh 27 peserta dari berbagai negara dan kalangan. Termasuk ada juga dari perguruan tinggi," ucap santri asal Lampung tersebut.
Perhelatan ini merupakan program tahunan yang diadakan di International Islamic University Malaysia (IIUM). Tidak hanya sampai disini, ajang perlombaan tersebut biasanya dijadikan pemanasan oleh peserta untuk maju ke perlombaan internasional secara keseluruhan melawan negara-negara seperti Jepang, Amerika dan lainnya.
Menurut Ipangga, di beberapa negara lainnya untuk perlombaan semacam ini sudah mulai mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat maupun pemerintah pusat. Sayangnya di Indonesia belum mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah pusat maupun pemerintah setempat.