Selasa 02 Oct 2018 10:42 WIB

Dharmasraya Gelar Workshop Implementasi Kurikulum 2013

Workshop diikuti 400 kepala sekolah, guru dan pengawas tingkat SD dan SMP.

Pakar kurikulum dari Indonesia Emas Institute memberika workshop implementasi Kurikulum 2013 kepada kepala sekolah, pengawas dan guru SD dan SMP se-Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.
Foto: Dok Indonesia Emas Institute
Pakar kurikulum dari Indonesia Emas Institute memberika workshop implementasi Kurikulum 2013 kepada kepala sekolah, pengawas dan guru SD dan SMP se-Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Dharmasraya, Sumatera Barat, menggelar workshop implementasi Kurikulum 2013. Kegiatan tersebut  diadakan di Auditorium Pemkab Dharmasraya, Kota Pulau Punjung, Sumatera Barat.

Workshop  tersebut dibuka oleh  Bupati Dharmasraya,  Sutan Riska Tuanku Kerajaan, Senin (1/10). Pelatihan yang diikuti 400 kepala SD dan SMP, serta guru dan pengawas, se-Kabupaten Dharmasraya itu berlangsung hingga hari ini, Selasa (2/10).

Workshop bimbingan teknis (bimtek) Kurikulum 2013 itu diprakarsai oleh Dinas Pendidikan Kabupaten  Dharmasraya. Dalam kegiatan ini, panitia mengundang nara sumber pakar kurikulum  dari Indonesia Emas Institute, yakni  Zulfikri Anas dan  Ahmad Supriyatna. Moderator adalah peneliti Indonesia Emas Institute, Afrizal Sinaro.

Bupati Dharmasraya memberikan arahan kepada seluruh kepala sekolah, pengawas dan guru se-Kabupaten Dharmasraya yang melaksanakan workshop tersebut, agar mengikuti kegiatan tersebut dengan serius. “Hal ini sangat  penting agar kita dapat mewujudkan pendidikan bermutu menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Sutan Riska Tuanku Kerajaan,  dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (1/10).

photo
Bupati Dharmasraya berfoto bersama dengan nara sumber dan panitia workshop implementasi Kurikulum 2013.

Dalam kesempatan tersebut, pakar kurikilum Zulfikri Anas mengemukakan, esensi Kurikulum 2013 adalah mengembalikan pendidikan ke arah yang sebenarnya. “Yakni, yang mengutamakan pembentukan kepribadian dan akhlak mulia, dengan pola pikir dari tidak tahu menjadi  tahu, tekstual  menjadi kontekstual, murid sebagai rekan belajar,” ujarnya.

Ia menambahkan, dalam mengimplementasikan kurikulum dengan benar masih kebanyakan dirasa sulit oleh guru.  Maka,  kata Zulfikri, guru harus memulai dengan mengubah mindset dalam memahami arti dan hakikat kurikulum itu sendiri.  “Karena,  apapun bentuknya dan perubahan kurikulum, kalau guru mampu memahaminya maka guru akan mudah menyesuaikan dan menerapkannya dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran,” tuturnya.

Ia menjelaskan, pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang berbasis proses keilmuan (saintifik),  yaitu sikap yang didasari oleh cara berpikir ulang mengikuti metode ilmiah dalam menghadapi suatu persoalan). “Ini identik dengan sifat jujur, kritis, amanah, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan (otentik),” papar Zulfikri Anas.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement