Kamis 04 Oct 2018 17:56 WIB

Cara Generasi Milenial Menghindari Pornografi dan Narkoba

Pemuda dinilai perlu wadah untuk menyalurkan kemampuan

Rep: Desy Susilawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Gaya hidup digital mempengaruhi generasi milenial hingga lebih konsumtif.
Foto: Republika/Prayogi
Gaya hidup digital mempengaruhi generasi milenial hingga lebih konsumtif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Generasi muda merupakan generasi penerus bangsa. Merekalah yang nantinya akan memimpin negara kita dan menjadi perekat bangsa.

Sayangnya masih banyak generasi muda kita yang tidak terarah. Mereka terjebak oleh pornografi, narkoba, dan tindakan negatif lainnya. Apalagi diera digital ini akses terhadap apapun menjadi sangat mudah.

Hal ini diungkapkan oleh praktisi sosial sekaligus CEO dan Founder Yayasan Pondok Kasih Hana Amalia Vandayani. Menurutnya kita tidak bisa menutup mata masih banyak generasi milenial yang belum memiliki tujuan hidup yang jelas atau bahkan tidak ada semangat untuk menggapai mimpinya.

Hal ini tentu mesti dihindari atau dicarikan solusinya agar tujuan bersama membangun bangsa yang berkualitas bisa tercapai."Pemuda saat ini menyedihkan, baca koran mereka terlibat begal, pornografi, pemerkosaan, fanatisme, pengeroyokan antar pemuda. Karena itu mereka perlu kegiatan terarah. Moralitas bangsa perlu ditingkatkan," ujarnya.

Ia menambahkan anak muda saat ini terlalu dimanja, mereka kurang pengalaman. Pemuda saat ini juga kurang tantangan. Padahal pada dasarnya mereka sangat menyukai tantangan.

Segala hal yang memiliki sifat adrenalin di dalamnya akan menjadi ketertarikan tersendiri bagi anak muda. Hal ini yang kadang tidak disikapi dengan bijak oleh generasi milenial. 

"Makanya, banyak dari mereka yang kemudian melakukan pembegalan, pemerkosaan, atau tindakan kriminal lainnya yang mana di dalam aktivitas negatif tersebut terkandung unsur tantangan yang dicari anak muda," ujarnya disela konferensi pers Festival Pemuda di Teater Wisma Kementerian Pemuda dan Olahraga Jakarta, Rabu (3/10).

Hana mengatakan kita perlu membentuk pemuda yang sehat jasmani dan rohani. Pemuda sebenarnya punya kemampuan tetapi tidak didorong untuk melakukan beragam hal.

Karena itulah seharusnya semua pihak mewadahi karakter khas mereka tersebut. Misalnya dengan mengajak mereka melakukan debat terbuka yang mana tujuannya adalah untuk memberdayakan masyarakat lebih jauh.

Hana yang juga merupakan Dewan Pembina Festival Pemuda 2018 ini menambahkan, sudah sepatutnya anak muda memiliki keinginan kuat untuk mau berbuat sesuatu kepada bangsanya sendiri.

"Kalau Anda mau tahu, bangsa di luar Indonesia sangat menyanjung tinggi Pancasila yang dimiliki Indonesia dan sudah seharusnya anak muda mau menerapkan ideologi yang terkandung di dalamnya supaya negara ini semakib baik," ungkapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement