REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merubah paradigma dalam pendidikan adalah keniscayaan. Menghadapi era revolusi industri 4.0, ada pergeseran tren di mana keterlibatan teknologi dalam mempermudah aktivitas sehari-hari tidak bisa dihindari, pun bagi dunia pendidikan.
2014 lalu, berawal dari keresahan akan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, dua putra bangsa Adamas Belva Syah Devara dan Iman Usman menginisiasi didirikannya perusahaan rintisan ruangguru.com. Keduanya sama-sama berpikir untuk memanfaatkan teknologi (gawai dan internet) untuk melakukan revolusi pendidikan di Indonesia.
Dan siapa sangka, kini ruangguru.com telah menjangkau sebanyak hampir 10 juta siswa dan 150 ribu guru di seluruh Indonesia. “Awalnya itu project sampingan, kecil-kecilan. Dikerjakan sambil kerja di perusahaan. Lama kelamaan berkembang, banyak permintaannya. Karena di era ini, anak-anak lebih memilih belajar pakai HP, bukan buku yang tebal. Dan kita lumayan berhasil mengubah mindset anak dan orang tua,” kata Adamas kepada Republika di Jakarta, Kamis (4/10).
Adamas yang merupakan merupakan lulusan degree Master of MBA di Universitas Stanford California dan program Master of MPA di Universitas Harvard, Boston AS menekankan bahwa pergeseran tren ini harus segera direspon oleh semua pihak. Terlebih di Indonesia, ada sekitar 52 juta siswa dan hampir 3 juta guru.
Problem akses, minimnya sarana prasana pendidikan juga rendahnya kualitas pendidik yang hingga kini menjadi kendala mewujudkan kualitas pendidikan diharapkan mampu dipecahkan melalui teknologi seperti ruang guru.“Kita akan lebih agresif lagi agar bisa menyentuh lebih banyak siswa dan guru. Setidaknya sekarang kami sudah bekerja sama dengan 326 kabupaten untuk membantu jangkauan internetnya lebih maksimal,” kata Adamas.
Dia menjelaskan dalam aplikasi ruang guru juga ditawarkan layanan lain, seperti RuangBelajar, RuangLes, RuangUji, DigitalbootCamp, RuangLesOnline, hingga RuangBaca. Namun memang untuk dapat mengakses semua layanan tersebut dikenakan harga tertentu. Harganya beragam, misalnya untuk paket berlangganan paket satu bulan kelas X- XII IPA dan IPS dikenakan biaya Rp 250 ribu.
Pria kelahiran 30 Mei 1990 ini juga mengajak agar para pemuda, utamanya wisudawan tidak lagi terjebak pada pikiran seperti ‘di perusahaan mana saya kerja?’ atau hal konvensional lainnya. Semua pemuda, kata dia, harusnya berpikir bahwa ‘saya adalah pahlawan yang ditunggu-tunggu oleh bangsa’.
“Dengan stimulus diri kita untuk senantiasa berinovasi, membuat hal baru agar bisa berkontribusi untuk kemajuan bangsa,” kata dia.
Teknologi bisa mengubah Indonesia. Dalam melakukan perbaruan, kata Adamas, teknologi bisa dimanfaatkan oleh semua pemuda untuk bergerak dan menggawangi suatu bidang mulai dari transportasi, lingkungan, fashion, makanan, hingga ‘wajah’ pendidikan di Indonesia.