Ahad 07 Oct 2018 14:24 WIB

IPB Kembangkan Inovasi Pendidikan Entrepreneurship

IPB jadi peringkat pertama dari hasil riset yang digelar unoversitas di Indonesia.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Maman Sudiaman
(dari kiri) Direktur Utama Republika Media Mandiri Agoosh Yoosran,Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria dan Kepala Biro Komunikasi IPB Yatri Indah Kusumastuti berbincang saat berkunjung ke kantor Republika, Jakarta, Jumat (5/10).
Foto: Republika/Prayogi
(dari kiri) Direktur Utama Republika Media Mandiri Agoosh Yoosran,Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria dan Kepala Biro Komunikasi IPB Yatri Indah Kusumastuti berbincang saat berkunjung ke kantor Republika, Jakarta, Jumat (5/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institut Pertanian Bogor (IPB) terus mengembangkan inovasi pendidikan untuk putra-putri bangsa. Hal ini dilakukan untuk menyambut bonus demografi 2030 agar masyarakat usia kerja Indonesia pada saat itu siap menghadapi tantangan dalam berkarir.

Bentuk usaha IPB meningkatkan pendidikan di Indonesia adalah dengan semakin menggiatkan teknopreneur dan sosiopreneur kepada seluruh mahasiswanya. Pada tahun ajaran baru ini, IPB semakin yakin dalam menanamkan pendidikan tersebut.

Rektor IPB, Arif Satria mengatakan, saat ini yang dibutuhkan dunia bukan orang yang hanya memiliki kemampuan inteligensi yang tinggi. Namun, kemampuan berwirausaha, sosial, dan kepemimpinan juga penting dalam menghadapi era yang akan datang. "Sekarang eranya adu kreatifitas dan kecepatan. Makanya kami melatih mahasiswa untuk berpikir cepat dan kemampuan membaca peluang, itu yang kita dorong. Sehingga mahasiswa IPB ke depan hukan hanya adaptif dalam situasi baru tapi kita harap juga leading," kata Arif, dalam kunjungannya ke Kantor Republika, baru-baru ini.

Demi mewujudkan hak tersebut, IPB melakukan perubahan kurikulum secara holistik. Pada tahun ajaran baru ini, IPB akan semakin meningkatkan intensitas pelatihan-pelatihan soft skill terkait teknopreneur dan sosiopreneur.

Arif menegaskan, yang dibutuhkan saat ini bukan hanya logic thinking namun juga entrepreneurship. "Oleh karena itu, kita harus menata sistem pendidikan ini secara holistik. Karena kita ingin melahirkan sosiopreneur dan teknopreneur, intake-nya harus beda dari masa lalu," kata dia menegaskan.

Guna mendukung kemampuan kepemimpinan bagi mahasiswa, IPB juga telah membuka penerimaan mahasiswa baru melalui jalur ketua Osis. Melalui jalur ini, diharapkan IPB mendapatkan anak-anak muda yang memang memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi dan dapat mendorong teman-temannya.

Inovasi Teknologi yang Diakui Pemerintah

IPB memiliki ratusan inovasi teknologi. Menuurut Arif Satria mengatakan, dari 1.065 penemuan inovasi yang diakui Pemerintah Indonesia, sebanyak 415 inovasi adalah hasil karya mahasiswa-mahasiwi IPB.

Bahkan, pada kategori universitas riset di Indonesia, IPB memperoleh peringkat pertama dari universitas lainnya. "Ke depan itu, pertanian akan berbasis pada teknologi. Orang akan menyelesaikan pertanian dengan komputer, dengan AI," kata Arif.

photo
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria memberikan penjelasan saat berkunjung ke kantor Republika, Jakarta, Jumat (5/10).

Dalam menatap peluang masa depan, Arif mengatakan IPB tidak bisa lagi hanya membahas soal pertanian secara konvensional. Hal yang harus diperhatikan dunia pertanian ke depan adalah ilmu lingkungan, kesehatan dan juga pemanasan global.

Ia pun memaparkan sejumlah penemuan teknologi yang sedang dikembangkan IPB. Saat ini, mahasiswanya telah berhasil menemukan aplikasi berbasis android yang berfungai untuk mendeteksi penyakit pada tumbuhan. Selain itu, ia menambahkan, IPB juga memiliki alat sensor benih di kolam ikan. Alat tersebut akan dapat mendeteksi berapa jumlah benih ikan. Ke depannya, Arif mengatakan, IPB sedang mengembangkan aplikasi berbasis android yang dapat mendeteksi makanan tertentu halal atau tidak.

Saat ini, usia petani di dunia semakin menua. Di Jepang, usia petani rata-rata 65 tahun, sementara di Amerika Serikat 58 tahun. Di Indonesia rata-rata usia petani 45 tahun. Hal ini menunjukkan apabila tidak ada inovasi yang menarik minat anak muda untuk bertani, maka jumlah petani akan semakin berkurang.

"Anak-anak muda itu bisa menjadi entrepreneur tapi dalam bidang pertanian menggunakan teknologi itu tadi," katanya menegaskan.

Di masa depan, kata Arif, kehidupan harus semakin efisien. Masyarakat cenderung memilih teknologi yang memudahkan kehidupan mereka. Oleh karena itu, keberhasilan akan diraih dengan memperhatikan efisiensi sebuah teknologi. "Makanya, pada tahun 2019 saya akan fokus pada super IT yang bisa mendukung pertanian," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement