REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk menyiasati kekurangan guru pasca musibah gempa dan tsunami di Palu dan sekitarnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan segera merumuskan skema untuk mencari guru pengganti. Salah satunya dengan mengerahkan sarjana pendidikan yang baru lulus.
"Mungkin sarjana pendidikan yang baru lulus, sebagai salah satu prospek," kata Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Hamid Muhammad, Senin (8/10).
Selain sarjana baru, kata dia, para guru garis depan (GGD) juga sangat mungkin diperbantukan mengajar di sekolah darurat di Kota Palu, Sigi maupun Donggala. Meski begitu, hingga saat ini Kemendikbud masih belum memiliki data pasti berapa jumlah kekurangan guru.
"Semua upaya kami lakukan nanti. Ini kan baru sebagian guru yang melapor ke sekolah siap mengajar," jelas dia.
Nantinya semua guru yang diterjunkan ke Palu, kata dia, akan diarahkan untuk melakukan trauma healing terhadap siswa-siswa terdampak musibah gempa dan tsunami. Tidak tanggung-tanggung, dalam melakukan trauma healing Kemendikbud juga akan bekerja sama dengan UNICEF.
"Tetap kami bekerja dengan UNICEF. Banyak yang mau bantu, tapi tetap mengacu pada peraturan yang ditetapkan," kata Hamid.
Hamid juga menyampaikan, hingga saat ini Kemendikbud juga masih menghitung berapa total sekolah darurat yang akan dibangun. Namun dia memastikan pendirian sekolah darurat akan mengacu pada kebutuhan dan permintaan dari sekolah.
"Sesuai dengan kebutuhan. Belum tahu persis, tapi beberapa sekolah yang minta kelas darurat kami akan berikan," jelas dia.