REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Pada zaman modern ini guru dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran. Terkait hal itu, Sekolah Islam Terpadu (SIT) Nurul Fikri menggelar lomba media pembelajaran Board Games (permainan papan simulasi).
Lomba yang digelar Departemen Learning Resource Center (LRC) itu, menyediakan hadiah yang totalnya mencapai Rp 5 juta. Termasuk juga sertifikat untuk juara I, II, dan III.
"Ini merupakan kegiatan perdana. Selanjutnya insya Allah akan rutin tiap tahun namun dengan lomba media pembelajaran yang berbeda, karena ada beragam media lain," tutur Nita Heryanti, kepala Departemen LRC SIT Nurul Fikri, dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (12/10).
Ia menyebutkan, peserta yang ikut harus berstatus guru aktif mengajar di SIT Nurul Fikri. Setiap peserta lomba akan diberikan subsidi pembuatan media sebesar Rp 500 ribu per board games yang diberikan dalam dua tahap.
Mengapa dipilih board games, kata Nita, dengan menggunakan media board games akan membuat ingatan siswa untuk materi lebih bermakna dan permanen. "Sebanyak 90 persen siswa terlibat, karena siswa bermain peran, melakukan simulasi, dan mengerjakan hal yang nyata," lanjut Nita.
Nita berharap dengan adanya lomba ini membuka wawasan dan paradigma guru SIT Nurul Fikri untuk menyamakan persepesi bahwa betapa pentingnya menggunakan media pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM).
Bagi Nita, ini akan membuat para guru terbuka untuk membuat media pembelajaran secara mandiri. Selain itu, memberikan wawasan bahwa membuat media pembelajaran itu tidak sulit dan sangat berguna sekali dalam pembelajaran.
Moh Brendan Satria selaku Game Designer di Kummara mengatakan, pembuatan board games sebaiknya dalam bentuk sederhana tanpa terlalu banyak ide yang justru akan membuat board games tersebut tidak sinkron.
"Make it simple. Dengan begitu, anak-anak akan dapat memahami semua konten. Itu jauh lebih baik dibanding dengan banyak konten, banyak cara mainnya atau macam-macamlah, yang ada jatuhnya jadi lebih blur. Sebenarnya clear atau lebih simple itu jauh lebih baik," kata Brendan yang ditemui saat di sela-sela menjadi pembicara pada Forum Group Discussion Pembekalan Boardgame SIT Nurul Fikri, di ruang E-Learning, Jumat (12/10).
Keberadaan board games di Indonesia, menurut Brendan, sudah ada sekitar lima tahun terakhir. Sebelumnya media pembelajaran lebih banyak dalam bentuk media audio atau visual dibanding media board games. "Sebelumnya mungkin alat peraga tapi belum ada cara mainnya," terang Brendan yang juga menjabat sebagai project manager di Kummara.
Hal itulah menjadi salah satu tujuan studionya untuk menyebarkan tentang board games di seluruh Indonesia. "Dengan adanya kegiatan seperti di SIT Nurul Fikri ini maka tujuannya sama dan bisa jadi satu. Mudah-mudahan ke depannya board games bisa dipakai untuk media pembelajaran dan sebagai salah satu media baru yang dapat digunakan teman-teman guru untuk KBM," tuturnya.