Selasa 23 Oct 2018 21:44 WIB

Hadapi Era Digital, Motivasi Menulis Anak Mesti Dipacu

Indonesia masih berasa di urutan 60 dari 72 negara dalam hal menulis dan membaca.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Seorang anak menulis saat kegiatan belajar bersama di Rumah Belajar Merah Putih, Kawasan Cilincing, Jakarta, Senin (22/10).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Seorang anak menulis saat kegiatan belajar bersama di Rumah Belajar Merah Putih, Kawasan Cilincing, Jakarta, Senin (22/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemampuan anak Indonesia dalam menulis dan membaca dinilai masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Hasil survei tiga tahunan dari Programme for International Student Assesesment (PISA) 2015 yang dikeluarkan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menunjukkan Indonesia masih berasa di urutan 60 dari 72 negara. Sehingga anak-anak mesti terus dimotivasi agar lebih mencintai buku ketimbang gawai.

Atas dasar itu, Sinar Dunia (Sidu) meluncurkan gerakan "Ayo Menulis Bersama Sidu". Gerakan itu untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan siswa kelas 4,5 dan 6 SD melalui kebiasaan menulis.

"Kami rancang sebuah buku yang diharapkan dapat merangsang anak untuk menulis. Namun memang diperlukan keterlibatan orangtua, karena buku tersebut harus ditulis setiap hari selama 21 hari. Jika dilakukan konsisten, hal itu bisa tumbuh jadi kebiasaan," kata Head of Domestic Cultural Business Unit APP Sinarmas Santo Yuwana di Jakarta, Selasa (23/10).

Menurut Santo, kegiatan menulis dipilih untuk mengimbangi kesukaan anak pada gawai. Mengingat kegiatan menulis dapat membantu anak untuk berpikir kreatif.

"Mengajak anak untuk menulis di era digital saat ini bukan hal mudah. Padahal kegiatan menulis tetap penting, karena anak belajar bagaimana menuang gagasan dan berpikir kreatif," kata Santo.

Selain itu, Sidu juga menggelar Festival Penulis Cilik Sidu (FPCS) 2018 dan mampu mengumpulkan sebanyak 6.137 karya. Dan tulisan siswa Sekolah Dasar Islam Al Abidin Surakarta, Siti Juneeta Khairunnisa (10 tahun) berjudul "Indonesia Bebas Sampah Plastik" berhasil menjuarai lomba penulisan tersebut. Pemenang kedua diraih Alfia Kirana Maheswari (10), siswa SDN 1 Dapurno, Wirosari Jawa Tengah dan ketiga, Bianca Alexandria Situmorang, siswa SD Pangudi Luhur Jakarta.

Khairunissa mengaku senang tulisannya mendapat apresiasi dari para juri. Ia berharap kebiasaannya dalam diet sampah plastik juga bisa dilakukan orang lain. Sehingga makin banyak orang yang sadar akan bahaya sampah plastik bagi lingkungan.

"Diet sampah plastik ini berawal dari kesedihan saya waktu baca artikel tentang penyu yang mati karena menelan sampah plastik di laut. Saya juga baca di google, butuh 10-20 tahun buat sampah plastik untuk bisa terurai," ujar dia.

Nisa juga mengaku kerap mengajak orangtuanya untuk mulai diet sampah plastik. Saat belanja ke supermarket, Nisa selalu mambawa tas belanja dari bahan. Begitupun saat beli makanan diluar seperti bakso atau nasi goreng, Nisa selalu membawa wadah dari rumah.

 

Nisa mengaku tak mudah mengajak teman-temannya untuk mulai melakukan kebiasaan baik tersebut. Karena itu, ia mencontohkannya lewat perbuatan. "Saya hanya ingin Indonesia bebas dari sampah plastik," kata Nisa yang hobi menulis dan membaca sejak kelas 3 SD itu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement