REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pembangunan infraktruktur Information and Communications Technology (ICT) yang diserahkan pelaku usaha mengakibatkan kurang meratanya akses informasi. Perusahan teknologi dan telekomunikasi hanya membangun daerah yang secara finansial menguntungkan atau memperoleh return of investement yang cepat sehingga pembangunan dilakukan di kota besar.
Fakta ini mendorong pemerintah menjembatani dengan memenuhi kebutuhan finansial pelaku usaha dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan akses komunikasi. “Mengingat infastruktur ICT menjadi kebutuhan yang mendasar harus dimiliki masyarakat, perusahaan bisa membangun atas jaminan pemerintah. Pemerintah akan membangun infrasktur ICT yang belum dibangun pengusaha telko,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan lnformatika, Ismail saat membuka acara lnnoscape 2018 yang diselenggarakan oleh Universitas Prasetiya Mulya di Jakarta, Kamis (25/10).
Diharapkan, kata Ismail, sebelum tahun 2019 seluruh wilayah kabupaten/kota sebelum 2019 bisa mendapatkan akses internet. “Memang tidak semua menggunakan fiber optic sehingga saat ini sedang tender satelit yang yang nantinya aksesnya bisa di direct ke daerah-daerah yang belum terjangkau layanan telekomunikasi. Pemerintah berusaha mempersiapkan infrastruktur ICT yang menjangkau seluruh Indonesia,” katanya.
Disebutkan, saat ini Indonesia memiliki populasi terbesar ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk 264 juta, sebanyak 137 juta aktif di media sosial menjadikan Indonesia menjadi pasar yang penting.
“Di Indonesia penggunanya usia produktif. Ini beda dibandingkan negara maju yang penggunanya tinggi namun banyak digunakan orang yang tidak produktif. Ini bisa menjadi keuntungan yang luar biasa,” katanya.
Meskipun pasar besar, hingga saat ini Indonesia belum menjadi tuan rumah karena belum banyak aplikasi produk lokal. Menyinggung tentang Revolusi lndustri 4.0, pemanfatan dan pertumbuhan teknologi tidak bisa dibendung dan industri mengalami penyesuaian berupa peningkatan efektivitas dan efisiensi.
Agar tidak terdisrupsi. kolaborasi menjadi kata kunci untuk wujudkan inovasi. "lnovasi dusruptif merupakan keniscayaan. Kolaborasi lintas disiplin ilmu dan lintas industri menjadi cara agar kita semua dapat menghadapi datangnya revolusi industri 4.0,” ujarnya.
Ketua Panitia lnnoscape 2018, Fathony Rahman mengatakan, lnnoscape 2018 mendorong penyampaian gagasan akademisi, paneliti dan pihak lain yang tertarik dari seluruh dunia melalui peenulisan karya ilmiah yang mengusung tema "Perspektif Teknologi, Bisnis, dan Kemasyarakatan."
"Karya yang masuk, nanti akan dibahas di Parallel Session Tracks yang meliputi inovasi digital, pangan dan kesehatan, inovasi keuangan, inovasi di sektor pariwisata, inovasi sosial, dan kelestarian lingkungan," ungkapnya.
Rektor Universitas Prasetiya Mulya Djisman S Simandjuntak menyatakan, dalam rangka menyongsong era disrupsi, pihaknya mendorong anak didiknya untuk wujudkan sinergi antara sektor teknologi dan bisnis.
Caranya, kata dia, melalui lewat konsep Learning by Enterprising atau konseptualisasi dan implementasi bisnis berbasis tim yang berorientasi pada lahirnya jiwa kewirausahaan pada anak didik sejak bangku kuliah. "Saya berharap konsep pembelajaran ini dapat mendukung terciptanya keunggulan pada mahasiswa kami sehingga, pada akhirnya, mereka siap untuk menghadapi era disrupsi," katanya.