REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengenalan dan pelatihan soal dengan kemampuan nalar tinggi atau High Order Thingking Skill (HOTS) oleh guru kepada siswa di beberapa daerah belum optimal. Padahal, soal HOTS, yang bakal muncul dalam Ujian Nasional dan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) SBMPTN, menjadi tantangan utama siswa untuk meraih nilai tinggi.
Siswa kelas XII dari SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman, Brigas Kukuh Nugroho, mengaku di sekolahnya istilah soal-soal HOTS belum diperkenalkan dan disosialisasikan. “Akan tetapi, kami diajarkan misalnya soal-soal matematika dasar yang mudah, sedang, dan sulit seperti apa," kata Brigas saat dihubungi Republika, Ahad (28/10).
Selain di sekolah, Brigas yang mengincar jurusan Agribisnis di Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas Sebelas Maret (UNS) juga mengikuti les tambahan. Namun, menurut dia, di tempat les juga istilah soal HOTS belum diperkenalkan.
Padahal dalam waktu dekat, Brigas akan mengikuti UTBK pada Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN) dan UN yang bakal menyajikan tipe soal HOTS. Terkait perubahan aturan SBMPTN 2019, Brigas mengaku telah mengetahuinya.
Karena itu beberapa waktu belakangan ini, porsi latihan soal dan belajar semakin digencarkan. "Sering juga ikut try out. Perihal SBMPTN yang paling penting itu update aja, jadi informasi tahu," ujar Brigas.
Merujuk jurnal berjudul Higher Order Thingking Skills karya FJ King, Ludwuka Goodson, dan Faranak Rohani, HOTS merupakan perpaduan empat hal. Yaitu. kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif, kemampuan berargumen serta kemampuan mengambil keputusan.
HOTS tidak sekedar model soal, tapi mencakup pengajaran. Model pembelajaran harus mencakup kemampuan berpikir, contoh, atau penglikasian pemikiran dan diadaptasikan dengan kebutuhan siswa yang berbeda-beda.
Menurut Prof Caroline Barratt dari Edith Cowan University (ECU) Australia, HOTS adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi yang menuntut pemikiran secara kritis, kreatif, analitis, terhadap informasi dan data dalam memecahkan permasalahan.
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengubah pola seleksi pada jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada 2019. Nantinya, tes pada jalur SBMPTN hanya akan digelar melalui ujian tulis berbasis komputer (UTBK) yang digelar di tes centre.
Skor UTBK tersebut akan menjadi modal untuk mendaftar ke salah satu PTN atau prodi yang diinginkan. Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) Prof Ravik Karsidi menerangkan, UTBK akan digelar sebanyak 24 kali pada periode Maret sampai Juni tahun 2019.
Untuk lokasi tes, direncanakan di 85 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang berada di seluruh Indonesia. "Belum ada jadwal pasti, tetapi kami berencana menggelar UTBK pada hari Sabtu dan Minggu, pagi dan sore,” kata dia.
Ia mengatakan jadwal seleksi menyesuaikan jadwal libur sekolah siswa. “Terlebih, pada Maret sampai Juni itu mereka (calon mahasiswa) masih menyandang status sebagai siswa dan mungkin disibukkan dengan persiapan ujian akhir juga," kata Ravik.