Selasa 13 Nov 2018 22:31 WIB

Tim UI Raih Emas Kompetisi Rekayasa Genetik Internasional

Tim ini membuat alat diagnostik wabah difteri yang terjangkau dan aman.

Logo Universitas Indonesia
Logo Universitas Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Tim mahasiswa Universitas Indonesia (UI) berhasil meraih medali emas dalam ajang International Genetically Engineering Machine (IGEM) Competition di Boston, Amerika Serikat (AS). Tim ini terdiri atas 14 mahasiswa lintas program studi yang keberangkatannya ke AS diwakili oleh Andrea Laurentius (FKUI 2016), Galuh Widyastuti (FKM UI 2016), Glory Lamria (FTUI 2015), dan Valdi Japranata (FKUI 2015).

"Tim UI mempresentasikan proyek inovasi berupa alat diagnosis difteri menggunakan bakteri rekombinan yang diharapkan mampu lebih mudah, cepat, dan murah untuk memberikan penanganan diagnosis difteri yang baik bagi Indonesia," kata Kepala Humas dan KIP UI Rifelly Dewi Astuti, di kampus UI Depok, Selasa (13/11).

Presentasi hasil penelitian dilakukan di hadapan juri yang terdiri dari pakar di bidang genetic engineering dunia, seperti Senior Staff MIT Lincoln Laboratory, Bioengineering Group, Director of the Competition-iGEM Foundation.

Ketua Tim Valdi Japranata mengatakan, penelitian ini bertujuan untuk mewujudkan alat diagnostik wabah difteri di Indonesia yang terjangkau dan aman. "Kami meneliti metode alternatif untuk mendeteksi toxin difteria dengan mengintegrasikan sistem kemotaksis Escherichia coli dengan reseptor heparin-binding EGF-like growth factor (HB-EGF) dan system fluorescence resonance energy transfer (FRET), yang terdiri atas gen LuxAB dan enhanced yellow fluorescence protein (eYFP)," ujarnya.

Valdi melanjutkan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat diintegrasikan sistem kemotaksis. Ke depannya jika ada investor yang tertarik, bisa diintegrasikan sistem ini ke e-coli. "End product-nya bisa lebih mudah, murah, dan cepat."

Selain menjalankan proyek penelitian, tim ini juga menjalankan proyek sosial untuk berupaya meningkatkan kesadaran terhadap difteri. Tim Finding Diphty melakukan penyuluhan masyarakat yang meliputi kunjungan sosial ke Desa Cikidang, Jawa Barat, serta melakukan edukasi terhadap masyarakat dengan forum diskusi pelajar yang bekerja sama dengan Nanyang Technological University, Singapura.

IGEM 2018 merupakan kompetisi rekayasa genetika terbesar di dunia dengan jumlah peserta 321 tim dari lebih dari 100 negara. Kompetisi ini adalah kompetisi paling bergengsi di bidang genetika dan biologi molekuler.

Kompetisi ini diikuti oleh mahasiswa dan pascasarjana dengan latar belakang keilmuan yang beragam dari seluruh dunia. Dalam kompetisi ini setiap tim mendapat kesempatan untuk merancang dan membuat sistem biologis guna dioperasikan ke dalam sel hidup. Proyek penelitian yang dinamai "Finding Diphty" telah dipresentasikan di hadapan para juri yang berlangsung pada 24-28 Oktober 2018 di Boston, AS.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement