REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebanyak 450 Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) mendapatkan kesempatan berdialog dengan Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin di Jakarta, Rabu (21/11). Kesempatan langka tersebut digunakan sebaik-baiknya untuk mencurahkan berbagai persoalan yang mereka hadapi.
Ketika menjawab pertanyaan salah satu peserta, Menag menegaskan mencintai siswa adalah ruh pendidik. Pernyataan Menag tersebu menegaskan bahwa mendidik harus dengan kasih sayang dan cinta. “Ruh seorang guru agama adalah cinta (kepada peserta didik),” kata Lukman yang didampingi Direktur Pendidikan Agama Islam, Rohmat Mulyana Sapdi.
Menurutnya metodologi (atthariqah) lebih penting dari pada kurikulum (maddah), namun kurikulum tidak akan berarti jika tdk ada guru atau kompetensi guru. “Kompetensi guru (almudarris) juga tidak berarti ketika guru tersebut tidak memiliki ruh sebagai pendidik,” tegas menag dalam rilis Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) yang diterima Republika.co.id, Sabtu (24/11).
Menag juga menjelaskan bahwa dalam mendidik haruslah dengan penuh kasih sayang. “Sebab, Islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang. Sehingga, guru harus mampu menunjukkan dan mengekspresikan rasa sayang dan cintanya kepada peserta didik,” ujarnya.
Ia mengemukakan, kekerasan yang berlebihan jelas tidak diperbolehkan dalam proses pendidikan. Namun ketegasan dalam mendidik tetap di perlukan sebagai bagian dari proses pendidikan.
“Menjewer anak itu ya kadang bisa dilakukan dengan batas-batas yang wajar. Artinya tidak sampai melukai. Menjewer itu hanya untuk mendidik anak agar memahami kesalahan dan mendorong untuk memperbaikinya,” kata Menag ketika menjawab pertanyaan peserta soal saat ini peserta didik seolah terbiasa dengan kekerasan mulai dari rumah sekolah dan lingkungan termasuk di medis sosial.
Moderator dialog, Ketua Umum AGPAII, Mahna Marbawi menutup dialag dengan menyimpulkan bahwa ruh guru Agama adalah cint. Karena itu Marbawi -- sapaan akrabnya, mendorong GPAI untuk menjadi Guru PAI yang otentik. “Yaitu Guru PAI yang mengajarkan kedamaian, yang mengajarkan inklusif dan nilai Islam wasyatiah. Dan tetap memiliki pijakan aqidah pribadi yang kukuh dengan tetap memberikan penghargaan terhadap perbedaan dan keragaman,” paparnya.
Kegiatan saresehan ini diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam dengan menggandeng AGPAII sebagai partner. Kegiatan ini bertujuan untuk menguatkan wawasan Islam yang moderat bagi Guru PAI di Jabodetabek. Sarasehan itu juga mengundang intelektual dan politisi muda, Muhammad Romahurmuzy; Direktur Reradikalisasi BNPT, Prof Irfan Idris; Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Prof Dede Rosyada; Dirjen Pendidikan Islam, Prof Dr Phil Komarudin Amin; dan Direktur Pendidikan Agama Islam, Rohmat Mulyana Sapdi. Hadir juga kasubdit di lingkungan Direktorat PAI.