REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana menghidupkan kembali Pendidikan Moral Pancasila (PMP). PMP dinilai penting karena isu-isu mengenai PKI ataupun radikalisme yang terus muncul di masyarakat.
Salah satu siswa kelas XII di SMA Baitul Hikmah Al-Ma'muni Kabupaten Garut, Mulki Arap Ramdan mengaku, dalam mata pelajaran (mapel) PPKn nilai-nilai Pancasila sudah diajarkan.
"Belajar soal Pancasila dalam PPKn kok," kata Mulki saat dihubungi Republika, Kamis (29/11).
Terkait wacana menghidupkan PMP, dia tidak bisa banyak berkomentar karena dia mengaku tidak mengetahui seperti apa pembelajaran PMP pada masa Orde Baru. Hanya saja, yang menurut dia perlu dibenahi yaitu proses pembelajaran yang lebih menyenangkan dan tidak menjenuhkan.
"Guru PPKn yang sekarang ya standar, suka menyuruh mencatat dan menerangkan juga. Tapi ya kadang-kadang belajarnya bikin jenuh dan ngantuk," ungkap dia.
Mulki sependapat, materi Pancasila memang penting diajarkan kepada semua siswa. Karena pergaulan remaja khususnya di Kabupaten Garut sudah sangat bebas, sehingga perlu ada pedoman bagi remaja untuk bisa menghindar pergaulan bebas. Salah satunya dengan penanaman nilai Pancasila.
"Pergaulan bebas di Garut atau mungkin di Indonesia sudah sangat banyak, maka ya penanaman nilai Pancasila itu penting pasti untuk jadi filter," ujar dia.
Sebelumnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bakal membekali guru dan tenaga kependidikan tentang nilai-nilai luhur Pancasila. Tujuannya, agar para guru siap mengajarkan pendidikan moral pancasila (PMP) yang rencananya akan kembali diajarkan di sekolah.
Terlebih metode pembelajaran dan penyampaian PMP tidak hanya sekadar hapalan, namun harus terfokus pada praktek seperti kegiatan kelompok dan lain-lain. Untuk itu, guru harus menjadi fasilitator dan mediator yang baik agar nilai-nilai luhur Pancasila bisa dipahami dan benar-benar diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh semua siswa.
“Oh iya (guru juga akan dibekali pemahaman tentang PMP). Guru ini kan yang kita kelola kemendikbud hampir 3 juta guru. Metodenya tidak perlu lagi menghafal, tapi melalui proyek-proyek, kegiatan kelompok, itu yang kita akan sebarkan kembali,” kata Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud Supriano di Jakarta, Rabu (28/11).
Mata Pelajaran PMP yang dulu, kata Supriano, lebih pada arah menghafal. Sedangkan saat ini akan didorong langsung ke dalam praktek pembelajaran. Hal itu dinilai penting, karena menurut dia bangsa Indonesia sedang mengalami krisis figur yang bisa dijadikan contoh nilai-nilai Pancasila.