REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir memproyeksikan, pada tahun 2019 akan ada 100 ribu lulusan di seluruh program studi terutama vokasi yang memiliki sertifikat kompetensi. Karena itu dia pun mendorong perguruan tinggi, khususnya pendidikan vokasi untuk memiliki lembaga sertifikasi profesi masing-masing.
Menurut dia, saat ini melalui revitalisasi politeknik telah terdapat 12 pilot project politeknik yang telah direvitalisasi dan menjadi Tempat Uji Kompetensi (TUK) serta Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Melalui revitalisasi tenaga dosen dari industri dan dosen-dosen yang telah mendapatkan sertifikat kompetensi baik itu internasional maupun dalam negeri bertambah.
"Lalu melalui Polytechnics Education Development Program atau PEDP juga kurikulum pendidikan vokasi telah dikembangkan berdasar pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) kini ada 79 prodi, 28 LSP dan 89 TUK yang dibentuk, 11.931 mahasiswa yang telah mendapatkan sertifikat kompetensi, dan 254 perjanjian kerjasama dengan dunia industri," kata Nasir melalui pesan tertulis, Kamis (6/12).
Secara umum, kata Nasir, Kemenristekdikti akan terus membangun ekosistem perguruan tinggi yang mampu merespon industri 4.0. Umpamanya dengan melakukan reorientasi kurikulum yang mampu merespon perkembangan teknologi digital dan robot.
Nasir menekankan pentingnya memperbanyak lulusan pendidikan tinggi berkualitas yang diarahkan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dengan mendorong lulusan terserap di dunia kerja ataupun menjadi wirausaha.
"Yang dibutuhkan dunia kerja saat ini adalah kompetensi yang kompetitif dan pendidikan yang tidak berhenti setelah memperoleh gelar. Lulusan perguruan tinggi kedepan tidak cukup dia dibidangnya saja, tapi bagaimana menyiapkan dia ke bidang entrepereneur juga, menciptakan digital talent-nya," kata Nasir.
Menurut dia, kedepan teknologi digital akan berkembang sangat pesat. Sehingga Kemenristekdikti memiliki tanggungjawab untuk mencetak lulusan yang memiliki kompetensi pengetahuan dan teknologi digital, kompetensi sosial dan meningkatan pendidikan di bidang STEM.
Selain itu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah Kemenristekdikti dapat dilakukan dengan membangun Akademi Komunitas. Nilai tambah dari akademi komunitas berbasis pesantren di Jepara contohnya, itu ternyata sudah sangat baik. Beberapa lulusannya malah sudah terserap sampai ke luar negeri.