REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pencemaran sampah plastik di laut kian hari semakin memprihatinkan. Beberapa penelitian menyebutkan jika produksi sampah plastik tidak bisa ditekan, diperkirakan tahun 2050 sampah plastik di laut akan lebih banyak daripada ikan.
Semua pihak, seperti halnya pengajar tentu harus ikut berperan dalam menekan produksi sampah plastik. Salah satu pengajar di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cahaya Insani Jakarta, Evi Sulfiana mengaku pembelajaran tentang sampah, pengelolaan dan ancaman bahaya sampah telah diajarkan kepada anak didiknya.
Pembelajaran tentang sampah, kata Evi, berkaitan dengan karakter dan pembiasaan. Karena itu di usia dini, anak-anak harus mulai diajarkan, dibiasakan serta diberi contoh untuk membuang sampah pada tempatnya. Lebih bagus, kata dia, jika anak mulai diajarkan untuk memilah sampah.
“Di sekolah kami ada 3 tempat sampah berbeda. Yang satu untuk sampah organik, nonorganik dan sampah B3 itu sudah dipraktekkan sama anak-anak,” kata Evi kepada Republika, Jumat (21/12).
Menurut Evi, memang tidak mudah mengajarkan anak untuk membuang sampah dan memilahnya. Namun secara garis besar, kata dia, anak-anak sudah diberi pemahaman ke mana dia harus membuang sampah kertas, plastik atau sisa makanannya.
Sementara terkait pengelolaan sampah, lanjut Evi, di PAUD Cahaya Insani seringkali menggelar praktek membuat kerajinan tangan dari koran bekas, botol bekas, kaleng bekas, dan barang bekas lainnya. Yang notabene jika semua itu dibuang begitu saja, akan berdampak pada pencemaran lingkungan.
“Untuk pengurangan penggunaan plastik juga sudah mulai diajarkan ya. Kalau anak jajan, usahakan gak pakai kantong plastik. Sedikit-sedikit setidaknya agar anak paham,” kata dia.
Namun begitu, dia juga menekankan bahwa peran keluarga dan lingkungan juga sangat penting dalam mendidik anak agar anak terbiasa membuang sampah, mengurangi penggunaan plastik, dan lainnya. Karena saat ini saja, kesadaran dari para orang tua siswa masih kurang. Sehingga kerap pembelajaran di sekolah tidak manjur, karena tidak didukung oleh pembelajaran di keluarga.
“Jadi memang perlu kesadaran ya dari orang tua, lingkungan dan pemerintah juga harus bisa membuat regulasi yang efektif menekan produksi sampah juga bisa menyadarkan masyarakat,” harap Evi.