REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Jumain Appe menyatakan, pengembangan produk-produk inovatif tetap perlu memperhatikan kebutuhan dan manfaatnya bagi publik (masyarakat). Tanpa melihat itu, produk inovatif yang dihasilkan dari riset hanya akan berakhir sia-sia.
"Jadi kita harus mengembangkan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kalau tidak sesuai dengan kebutuhan, produk inovasi tersebut akan jadi sampah, sia-sia," kata Jumain Appe melalui pesan tertulis, Sabtu (22/12).
Jumain menambahkan, tingkat manfaat untuk masyarakat bisa menjadi acuan untuk mengukur tingkat keberhasilan sebuah inovasi yang dikembangkan. Karena itu, agar produk inovasi bisa berhasil, proses pengembangannya harus melihat kebutuhan pasar, sehingga kelak saat produk tersebut siap dikomersialkan bisa memberi dampak langsung ke masyarakat.
"Karena itu, kita dorong perguruan tinggi dan masyarakat melukukan pengembangan dan merubah kreativitas menjadi sesuatu yang bermanfaat," ungkap Jumain Appe.
Jumain menambahkan, selain memberi manfaat, produk inovasi yang dikembangkan harus juga bernilai, baik dari aspek ekonomi, sosial maupun budaya. "Bermanfaat saja tidak cukup kalau produk itu tidak memiliki nilai," tegas dia.
Dia lalu menyebutkan, ada tiga elemen utama yang harus diperhatikan dalam mengembangkan inovasi agar produknya bisa bersaing di pasar internasional. Yakni, mendorong kreativitas, menjalankan Inovasi dan mengembangkan enterpreunership. Ketiga elemen tersebut harus disatukan agar produk inovasi asal Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara lain.
Jumain juga menegaskan, pemanfaatan dan pemasaran produk-produk inovasi teknologi juga mutlak membutuhkan keberpihakan dan penguatan regulasi dari pemerintah.
"Mesti ada aturan yang mendorong keberpihakan, yang dapat diwujudkan dengan penggunaan hasil inovasi dan teknologi anak bangsa di dalam negeri. Setelah produknya di-launching, maka langsung digunakan nasional," ungkap Jumain.
Soal keberpihakan dari pemerintah, Jumain mencontohkan Korea Selatan dan China, yang selama ini pemerintahnya sangat mendukung produk-produk inovatif dari anak bangsa mereka. Jika pun produk tersebut kualitasnya masih kurang bagus, oproduk itu tetap dipakai dulu dengan tetap melakukan proses penyempurnaan kualitasnya.
Karena perkembangan teknologi yang sangat cepat, regulasi yang ada kadang kurang mendukung inovasi tersebut. Dia mencontohkan inovasi produk motor listrik Gesits, agar sukses di pasar, motor ini butuh dukungan regulasi yang kondusif. Misalnya, menyangkut ketentuan pengujian kelayakannya sebagai moda transportasi.