Kamis 03 Jan 2019 17:06 WIB

Menteri Minta Waspadai Penipuan Beasiswa Kuliah Luar Negeri

Ratusan mahasiswa Indonesia diduga jadi korban penipuan calo beasiswa di Taiwan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nur Aini
Dosen yang sedang mengajar para mahasiswa (ilustrasi)
Foto: theguardian.com
Dosen yang sedang mengajar para mahasiswa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengimbau agar calon mahasiswa yang hendak berkuliah ke luar negeri memperhatikan betul program beasiswa, mitra kampus, hingga reputasi kampus yang dituju. Dia juga mengajak agar calon mahasiswa mengkonsultasikan keberangkatannya tersebut kepada Kemenristekdikti. 

“Imbauan saya kalau misalkan dia mau kuliah ke luar negeri komunikasikan dengan Kemenristekdikti agar dicek prosesnya benar atau tidak,” kata Nasir kepada wartawan, Kamis (3/1).

Hal itu juga sebagai tanggapan Nasir atas mencuatnya kasus dugaan eksploitasi mahasiswa Indonesia di Taiwan. Menurut Nasir, ratusan mahasiswa yang bekerja secara tidak wajar di pabrik-pabrik setempat itu tidak melalui proses yang benar. 

Bahkan program New Southbound Policy yang menaungi ratusan mahasiswa yang ‘terjebak’ tersebut, kata Nasir, tidak melibatkan Kemenristekdikti. 

“Dengan kata lain dia (mahasiswa berangkat ke Taiwan) melalui calo-calo. Di mana calo itu menawari siswa masuk ke Perguruan tinggi di sana (Taiwan). Tapi dianya tidak diterima. Akhirnya dia bekerja di perusahaan. Termasuk penipuan kan itu,” kata dia.

Meski Kemenristekdikti tidak dilibatkan dalam program New Southbound Policy, namun Nasir memastikan bahwa Kemenristekdikti turut berupaya mendalami kasus tersebut. Hal itu dengan harapan kasus ini bisa segera diselesaikan dan menjadi pelajaran ke depan.

Kasus tersebut bermula dari tawaran skema mahasiswa melalui program New Soutbound Policy, yaitu kebijakan pemerintah Taiwan untuk kerja sama dan pertukaran pelajar dengan negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Mahasiswa tersebut diduga dijebak oleh oknum pelaksana dengan iming-iming akan mendapatkan beasiswa kuliah di Taiwan.

Dari laporan yang diterima Kemenristekdikti, para mahasiswa yang diduga dijebak tersebut mayoritas perempuan. Mereka diduga mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan seperti dipaksa bekerja selama 10 jam dalam satu hari dengan bayaran yang murah. 

Beberapa perguruan tinggi yang bekerja sama dengan penyalur tenaga kerja diduga mengirimkan mahasiswanya untuk menjadi tenaga kerja murah di pabrik-pabrik tersebut. Salah satu perguruan tinggi misalnya mempekerjakan mahasiswa asal Indonesia di sebuah pabrik contact lens, di mana mahasiswanya dipaksa berdiri selama 10 jam untuk mengemas 30 ribu contact lens setiap harinya. Sementara perkuliahan dijalani mahasiswa tersebut selama dua hari dalam satu pekan, sisanya mereka harus bekerja di pabrik. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement