REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG TIMUR -- Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan Thomas Amirico menyatakan anak-anak korban tsunami mulai Senin (7/1) sudah bersekolah. Thomas menjelaskan bencana tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12) malam merusak dua sekolah dasar, yakni SDN 1 Kunjir dan SDN 2 Kunjir di Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa.
"SDN 2 Kunjir rusak berat sedangkan SDN 1 Kunjir rusak ringan," katanya, Senin (7/1).
Dengan kondisi tersebut, pemerintah memutuskan untuk menjadikan SDN 1 Kunjir sebagai lokasi belajar dan menampung siswa dari SDN 2 Kunjir. Diharapkan kegiatan belajar mengajar bisa berjalan seoptimal mungkin. Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan pun memberi bantuan kepada anak-anak mulai dari sepatu, seragam, tas, alat tulis dan makanan ringan.
Sementara untuk anak-anak pengungsi dari Pulau Sebesi dan Sebuku yang mengungsi di Lapangan Tenis Indoor, Kalianda, penangananya disiapkan ruang tenda belajar darurat dengan mendirikan tiga tenda. "Bagi anak-anak yang mengungsi di tempat saudaranya kita minta bersekolah di sekolah terdekat, kita titipkan di sekolah terdekat, karena mereka wajib belajar semua," ujarnya.
Mengenai guru pengajar, dia menyatakan, Dinas Pendidikan Lampung Selatan menyiapkan 18 guru yang telah diberi pelatihan khusus untuk menangani anak-anak korban tsunami mengingat trauma yang mereka alami.
Korban tsunami di Lampung Selatan tercatat 120 orang meninggal dunia, 8.304 orang luka-luka, dan 6.999 orang mengungsi. Sebanyak 543 rumah rusak berat, 70 rumah rusak sedang dan 97 rumah rusak ringan.
Di Kabupaten Pandeglang terdapat 296 orang meninggal dunia, tiga orang hilang, dan 7.972 orang mengungsi. Sebanyak 1.071 rumah rusak berat dan rusak sedang, dan 457 rumah rusak ringan.
Secara total, hingga Sabtu (5/1) jumlah korban tercatat 437 orang meninggal dunia, 9.061 orang luka-luka, 10 orang hilang dan 16.198 orang mengungsi karena bencana tsunami di Selat Sunda itu.