REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti, meminta agar pemerintah segera mencanangkan pendidikan kebencanaan untuk segera diterapkan. Mengingat sebanyak 2.892 sekolah berada di titik jalur patahan.
“Menurut Peta 2017, ditemukan fasilitas pendidikan di zona kerentanan tinggi sebanyak 2.892 bangunan sekolah,” kata Retno dalam siaran pers yang diterima Republika pada Jumat (11/1).
Retno menuturkan, Peta Sumber Gempa Nasional 2017 telah memetakan jalur patahan darat di Indonesia, walaupun sebagian besar belum dalam skala detail. Dari peta termutakhir ini diketahui sebanyak empat juta penduduk dan 2.892 bangunan sekolah berada dalam zona bahaya radius satu kilometer dari jalur sesar.
Kemudian lanjut Retno, sebanyak 40 rumah sakit, 126 puskesmas, dan 4.103.975 jumlah penduduk yang berada di zona berbahaya. Serta pada infrastruktur transportasi melanda 11 pelabuhan, 21 terminal, 2 stasiun, 237 ruas jalan provinsi sepanjang 652,3 km, 31 ruas jalur kereta api dengan panjang 83,3 km, 15 ruas jalan tol sepanjang 20,1 km yang kemungkinan akan terdampak.
Berdasarkan data-data hasil penelitian dan perhitungan para ahli gempa bumi tersebut, KPAI mendorong agar pemerintah pusat dan pemerintah daerah segera mengedukasi dan membangun kesadaran warga akan ancaman bencana tersebut. Dengan kesiap-siagaan menghadapi bencana maka akan meminimalkan korban jiwa dan kerugian harta benda.
KPAI juga mendorong agar segera dibuatkan papan petunjuk evakuasi dan titik kumpul di semua sekolah. Serta petunjuk evakuasi di lingkungan RT/RW, yang memang berada di zona rentan bencana maupun tidak.
"Dan menggalakkan sosialisasi ke masyarakat maupun pihak sekolah untuk simulasi bencana secara rutin, sehingga siswa dan masyarakat paham apa yang harus dilakukan disaat bencana terjadi," jelasnya.
Serta untuk jangka panjang, KPAI juga meminta agar pemerintah secara bertahap menyiapkan program relokasi sekolah yang berada persis di jalur patahan untuk dipindahkan ke jalur yang aman di sisi kiri atau kanan dari jalur patahan tersebut. Kemudian mengingat banyaknya bangunan sekolah yang berada pada zona kerentanan tinggi, KPAI juga mendorong Kemdikbud, Kemenag dan Dinas-dinas pendidikan sesegera mungkin membuat program pelatihan bagi seluruh guru untuk memiliki kemampuan melakukan simulasi bencana di sekolah. Karena, bencana bisa datang saat anak-anak berada di sekolah.
“Pengetahuan kebencanaan sangat penting diberikan, sehingga kita dapat memaksimalkan mitigasi bencana, dan menguatkan logika dan rasionalitas peserta didik bahwa bencana di negeri ini adalah keniscayaan yang harus diantisipasi dengan kesiapsiaagaan, bukan mengaitkan bencana dengan azab dan politik,” kata Retno.