REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Konsorsium Perguruan Tinggi (PT) Swasta yang beranggotakan PT di Jakarta membentuk jaringan kerja sama Indonesia-India di bawah koordinasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti). Kerja sama ini ingin mengoptimalkan peran serta Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di kedua negara.
Salah satu implementasi kerja sama itu adalah Seminar Internasional: Indonesia India Higher Education Forum 2019 (IIHE Forum 2019) yang digelar di Universitas Yarsi, Jakarta. "Kerja sama ini kita harapkan bisa membawa kemajuan yang maksimal bagi pendidikan Tinggi Indonesia dan India, baik dalam pendidikan, penelitian, studi banding dan pertukaran pengetahuan mahasiswa serta pengabdian masyarakat," ujar Kepala LL Dikti wilayah III, Illah Sailah.
Illah melihat, populasi India dengan jumlah penduduk 660 juta dan warga negara India yang tersebar di sejumlah negara menjadi potensi dan peluang bagi Indonesia. Kerja sama ini juga bisa saling menjalin sinergitas dan harmoni dalam kebaikan bersama.
Di India, Illah mengatakan, ada sistem pendidikan tinggi yang patut dicontoh. Negara anak benua itu juga well-manage literasi ilmiah dengan biaya murah dengan jurnal sangat produktif. "Dan juga ada program yang diperlukan untuk koordinasi antarkampus," kata dia memaparkan.
Konsorsium terdiri dari Universitas Yarsi, Universitas Budi Luhur, Universitas Borobudur, Universitas Mercu Buana, dan Universitas Darma Persada. Ada pula Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Institut Transportasi dan Logistik Trisakti, STIE Pariwisata Internasional, STIE Indonesia, STIE Kusuma Negara, Institut Sains dan Teknologi Pradita, serta Unsurya.
Selaku host seminar ini, Rektor Universitas Yarsi, Susi Endrini, mengatakan untuk Kampus Yarsi telah dilaksanakan program unggulan yang bisa dikelola dan dilakukan penelitian bersama antara Indonesia dan India. "Keunggulan Universitas Yarsi yang telah menggelar konferensi internasional tumbuhan obat herbal beberapa waktu lalu bisa menjadi best practise konsorsium mengimplementasikan kerja sama ini," ujar dia.
Rektor Universitas Budi Luhur, Didik Sulistyanto, yang juga Koordinator Konsorsium PTS Jakarta Indonesia-India mengatakan setiap kampus mempunyai keunggulan dalam bidang akademik dan juga keahlian. Misalnya saja, Budi Luhur dikenal sebagai kampus yang mampu membuat mobil listrik.
"Untuk itu kita serahkan keunggulan masing-masing perguruan tinggi dan sinergikan antarkampus dalam kerja sama internasional dengan PT di India dan negara-negara lainnya," ujar Didik. "Sudah ada kekuatan dan keunggulan di bidang pariwisata, IT dan kesehatan dan kita bisa kolaborasikan bersama.
Bahkan tidak hanya ke India, kerja sama konsorsium ini juga memfasilitasi kunjungan mahasiswa. Dalam waktu dekat, kata Ketua Yayasan Universitas Borobudur, Bambang Bernanthos, pihaknya akan memberangkatkan 23 orang delegasi mahasiswa dan doktor dari Universitas Borobodur untuk studi banding.
Ravi Makhija sebagai konsultan dari TIE-UPS International yang menjadi penghubung kerja sama studi Indonesia-India mengatakan kerja sama ini orientasinya ke depan dalam pengembangan keilmuan. Apalagi, antara Indonesia dan India mempunyai sejarah dalam kerja sama yang cukup panjang sejak kerajaan Hindu dan masa revolusi kemerdekaan kedua negara.
"Kalau kita melihat dari 20 tahun lalu, India tidak melihat Indonesia, namun Malaysia. Indonesia juga tidak melihat India, akan tetapi melihat United Kingdom dan Eropa. Untuk itu paradigma kedua negara khususnya kerja sama Pendidikan Tinggi telah berubah harus lebih progresif," kata Ravi.
Sejumlah PT yang tergabung dalam konsorsium perguruan tinggi di India yang menjadi anggota di antaranya Sharda University, Delhy Technological University, Acharya Institutes, dan Vellore Institute of Technology