REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sekolah Islam Terpadu (SIT) Al Iman Bojonggede, Bogor, Jawa Barat memberangkatkan 50 siswa untuk belajar bahasa Inggris di Kampung Inggris, Pare, Kediri, Jawa Timur, Rabu (16/1) lalu. Sebanyak 29 murid kelas 5 SD, 21 siswa kelas 7 SMP dan lima guru pendamping mengikuti program Pare English Camp yang berlangsung selama dua minggu.
“Program belajar bahasa Inggris yang diadakan setiap tahun sejak tahun 2015 selalu disambut baik oleh orang tua siswa dengan mengikutsertakan anaknya,” kata Kepala sekolah SMPIT Al Iman, Muhamad Meladih dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (2/2).
Ia menambahkan, walaupun dilaksanakan di tempat yang jauh dari sekolah dan orang tua, program ini dirancang agar siswa tetap merasakan suasana pembelajaran seperti biasa, sehingga siswa merasa laiknya mengikuti pesantren kilat. “Selain belajar bahasa Inggris, kegiatan siswa setiap hari juga dilengkapi dengan aktivitas praktek pembelajaran agama sebagaimana yang dipraktikkan setiap hari di sekolah,” tutur Muhamad Meladih, yang turut mendampingi siswanya di Pare.
Meladih mengemukakan, program Pare English Camp bertujuan untuk meningkatkan percaya diri siswa dalam berbahasa Inggris, dan meningkatkan kemandirian siswa. “Selain itu, meningkatkan kualitas ubudiyah siswa untuk mewujudkan peserta didik yang cerdas dan berkepribadian Islami,” ujarnya.
Kepala SDIT Al Iman, Wahyuningsih menegaskan, penting bagi anak memiliki rasa percaya diri dan berani dalam berbahasa Inggris. Tidaklah mudah berbicara menggunakan bahasa Inggris di depan umum kalau anak itu tidak percaya diri. “Nah salah satu caranya agar anak mampu dan percaya diri, anak-anak harus dilatih setiap hari,” kata Wahyuningsih.
Suasana kegiatan siswa SIT Al Iman mengikuti pembelajaran bahasa Inggris di Kampung Inggris, Pare, Kediri, Jawa Timur.
Dalam program ini, setiap hari anak mendapatkan pembiasaan listening, writing, reading, speaking, dan pronounciation serta menghapal kosa kata. “Hal penting lainnya yang sangat menunjang, mereka juga harus memiliki memori yang bagus karena menjadi kunci dalam menghapal kosa kata (vocabulary),” imbuhnya.
Meladih menjelaskan, kegiatan harian siswa dimulai dengan shalat Tahajud berjamaah pada pukul 03.00, dilanjutkan shalat Subuh, kultum, muraja’ah hapalan Alquran, dan materi camp (vocabulary/ morning conversation). Pukul 07.30 siswa masuk kelas utama (speaking) sampai menjelang shalat Zuhur, dan lanjut kelas utama (listening) setelah makan siang sampai menjelang shalat Asar.
Usai shalat Maghrib, muraja’ah, dan shalat Isya. Aktivitas belajar malam lebih rileks dengan review materi dan fun games hingga pukul 21.00. “Kemudian siswa menuju kamar masing-masing untuk istirahat,” ujar Meladih menjelaskan kegiatan keseharian siswa selama di Pare.
Wahyuningsih mengemukakan, kegaitan belajar bahasa Inggris tidak saja di camp. Siswa juga belajar di tempat wisata yang terdapat di kawasan Kediri sambil menikmati keindahan panoramanya. Semua itu menjadi pengalaman menarik yang tak terlupakan oleh para siswa.
“Murid-murid sangat suka dengan program ini karena tidak membosankan dan program pembelajarannya menyenangkan. Hal itu karena selalu diselingi dengan lagu dan game, serta didampingi oleh tutor yang energik dan penuh semangat,” kata Wahyuningsih.
Ia menambahkan, beberapa orang tua mengutarakan secara lugas, bahwa mereka sangat setuju dengan program ini. Hal itu karena mereka merasakan manfaatnya yaitu bisa melatih kemandirian, kedisiplinan dan kefokusan anak-anak mereka. “Bahkan ada yang bilang minggu pertama anak masih ingat orang tua, masih ingin pulang, minggu kedua anak sudah mulai betah, mulai fokus eh malah harus pulang. Jadi, kesimpulannya waktunya kurang lama,” ujar Wahyuningsih menyampaikan kesan murid dan orang tua.
Ketua Yayasan Perguruan Al Iman, Afrizal Sinaro menyatakan, para lulusan Al Iman harus mampu berbahasa Inggris dengan baik, selain menghapal Alquran minimal tiga juz. “Untuk itu, pengembangan kompetensi guru merupakan prasyarat untuk mewujudkannya dan kami terus memotivasi guru-guru untuk selalu meningkatkan kemampuan dan ikhlas dalam memberikan pelayanan kepada anak didik,” pungkasnya.