Kamis 14 Feb 2019 07:30 WIB

Kisah Yusuf dan Pentingnya Problem Solving

Latih mereka untuk terbiasa melakukan problem solving.

Alquran
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie*

Surat dalam Al-Qur’an yang berbicara spesial tentang pemuda adalah surat Yusuf. Satu surat penuh berkisah tentang seorang pemuda tangguh dalam menjalani hidupnya yang berliku-liku hingga akhirnya Allah memberikan kekuasaan (tamkin) kepadanya di Mesir. Maka, surat ini mesti menjadi kurikulum pendidikan kepemimpinan bagi pemuda. Bila dihubungkan dengan sekolah, maka kurikulum surat Yusuf ini mesti diajarkan kepada murid-murid SMA sederajat. Setiap murid mesti menghayati dan meresapi substansi dan intisari surat Yusuf ini. Kemudian, menempa dirinya sebagaimana Yusuf menempa dirinya.

Jika kita perhatikan secara saksama, maka ada tiga episode besar kehidupan Yusuf ‘alaihissalam. Pertama, fase pemuda. Yusuf secara otomatis menjalani fase ini ketika dirinya terus bertumbuh dan berkembang. Fase kedua, ketika Yusuf mesti menghadapi serangkaian ujian yang mengguncang jiwa dan menguras emosinya. Fase ketiga, ketika Yusuf diangkat menjadi seorang rasul dan raja setelah berhasil melalui serangkaian ujian.

Mari kita saksamai satu per satu untuk memetik pelajaran berharga (ibrah), sebagaimana pesan ayat terakhir surat Yusuf bahwa pada kisah-kisah rasul dan kaum terdahulu terdapat ibrah bagi para pemilik hati terdalam (ulul albab).

Fase pertama adalah pemuda. Fase ini sudah pasti akan dilalui oleh setiap manusia. Fase ini lebih berbicara pertumbuhan fisik. Asalkan secara nutrisi, pola makan, dan pola hidup bagus, maka insya Allah setiap anak akan bertumbuh menjadi pemuda yang sehat. Namun, ini baru fase awal menuju fase kedua yang paling penting.

Fase kedua adalah menghadapi berbagai ujian dan tantangan hidup. Yusuf ‘alaihissalam dihadapkan pada ujian hidup yang mendera-dera, menguras emosi, dan menekan jiwa. Mula-mula Yusuf dibuang ke sumur. Ironisnya pelakunya adalah saudara-saudaranya sendiri. Yusuf berada di dalam sumur selama tiga hari dua malam. Sendirian. Gelap gulita. Di tengah hutan. Bayangkan betapa terkurasnya emosi Yusuf untuk bisa stabil jiwanya menghadapi ujian ini.

Selesai dari jebakan sumur, Yusuf jatuh dalam ujian lebih pedih. Ia dijual sebagai budak. Resapi dari semula berstatus putra rasul, terjun bebas menjadi budak yang diperjualbelikan. Betapa Yusuf mesti menata jiwanya dan mengokohkan kesabaran hatinya.

Kemudian, Yusuf dibeli oleh seorang pejabat Mesir dan tinggal di rumah megahnya. Ternyata ujian lebih dahsyat untuk seorang pemuda telah siap menggelincirkan imannya. Ketampanan Yusuf telah memesona istri pejabat Mesir itu. Yusuf dijebak dalam sebuah kamar dan diajak berbuat mesum. Pintu dan jendela terkunci rapat. Di hadapannya seorang perempuan bangsawan cantik jelita merayunya. Bayangkan betapa beratnya godaan yang dihadapi Yusuf sebagai seorang pemuda yang darah mudanya masih bergelora.

Sekali lagi, Yusuf berhasil lulus ujian mega dahsyat tersebut. Namun, rupanya ujian belum berhenti. Istri pejabat itu membuat konspirasi dengan melibatkan istri-istri pejabat lain agar Yusuf luluh dan mengikuti hasratnya. Kali ini bukan hanya satu perempuan bangsawan cantik jelita, namun beberapa perempuan bangsawan pun terpesona oleh ketampanan Yusuf. Lagi-lagi Yusuf berhasil menjaga kehormatan dan kesucian dirinya. Ujung dari konspirasi ini adalah Yusuf dijebloskan ke penjara. Yusuf tetap bersabar, bahkan pejara lebih disukainya daripada terus-menerus menghadapi konspirasi istri-istri pejabat Mesir itu.

Allah menetapkan Yusuf telah lulus ujian. Di penjara inilah Yusuf memperoleh wahyu dan diangkat menjadi rasul. Yusuf pun berdakwah di penjara. Hingga tiba masanya raja Mesir bermimpi dan mimpinya ditakwilkan oleh Yusuf dengan bimbingan wahyu. Akhirnya, Yusuf pun dibebaskan dari penjara, dibersihkan nama baiknya, lalu diangkat menjadi bendahara kerajaan Mesir. Bahkan, kemudian setelah beberapa tahun, Yusuf diangkat menjadi raja Mesir. Inilah fase ketiga yang dijalani Yusuf, yaitu menjadi seorang pemimpin di Mesir.

Perhatikan secara saksama, Yusuf menjadi pemimpin di Mesir setelah lulus serangkaian ujian dahsyat. Artinya, bila kita menginginkan murid kita menjadi seorang pemimpin kelak di masa depannya, maka tempalah mereka sebagaimana Allah menempa Yusuf dengan serangkaian ujian dahsyat.

Ketika mula-mula Yusuf menjalani ujian dijebloskan ke dalam sumur, Allah menegaskan dalam surat Yusuf ayat 21, “…Dan demikianlah Kami berikan tamkin (kekuasaan) bagi Yusuf di bumi…”.

Seolah-olah Allah hendak menerangkan, “Wahai Yusuf, sejatinya ujian ini dan ujian-ujian selanjutnya yang akan kau hadapi adalah proses penempaan dirimu agar menjadi pemuda berkualitas yang kelak pantas diberikan amanah kepemimpinan di pundakmu.”

Ketika Yusuf sukses melalui serangkaian ujian itu, pada surat Yusuf ayat 56 Allah kembali menegaskan, “Dan demikianlah Kami berikan tamkin (kekuasaan) bagi Yusuf di bumi…”.

Seolah-olah Allah hendak menegaskan, “Yusuf, karena kau telah lulus ujian dengan baik, maka Aku buktikan janji-Ku kepadamu. Aku berikan kau kekuasaan di bumi karena kau pantas memikulnya.”

Inilah pola pendidikan yang harus kita berikan bagi murid-murid kita level SMA sederajat. Hadapkan mereka pada berbagai tantangan dan masalah. Latih mereka untuk terbiasa melakukan problem solving. Bisa dengan merekayasa tantangan dan ujian kehidupan yang harus dilewati dengan baik, semisal dengan merekayasa kegiatan survival insting atau menerjunkan mereka dalam kegiatan magang desa untuk melakukan rekayasa sosial di desa tersebut.

Bisa juga lewat diskusi analisis atas permasalahan-permasalahan bangsa dan kehidupan, lalu merumuskan solusi pemecahannya. Misalnya, berikan salah satu persoalan bangsa berikut ini kepada murid, “Nak, tahukah kalian Indonesia adalah negara dengan luas pantai terpanjang di dunia. Namun, mengapa Indonesia menjadi negara pengimpor garam? Buatlah analisis masalahnya dan tuliskan alternatif solusinya!”

Inilah kurikulum pendidikan kepemimpinan Qur’ani. Maka, tugas guru adalah menurunkannya dalam kurikulum pembelajaran. Lalu, disainlah pembelajarannya secara apik agar murid-murid SMA sederajat itu tertempa spiritual dan mentalnya, sehingga kelak pantas disematkan amanah-amanah besar kepemimpinan di pundak mereka. Dan, mereka mampu menuntaskan amanah kepemimpinan tersebut dengan prestasi gemilang untuk kejayaan Islam dan kemaslahatan umat.

*(Direktur Dompet Dhuafa Pendidikan dan Founder Ekselensia Tahfizh School)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement