REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog dan praktisi pendidikan, Najeela Shihab mengatakan keterampilan baca, tulis, dan hitung (calistung) harus diperhatikan untuk jangka panjang. Ia mengatakan, kemampuan calistung yang dipaksakan akan berdampak buruk di masa depan.
"Kalau dalam kaitannya calistung itu banyak anak yang dipaksakan kemudian merasa terbebani dan motivasinya untuk meningkatkan calistung malah turun karena pengalamannya bukan pengalaman menyenangkan," kata Najeela pada Republika.co.id, Kamis (21/2).
Seorang anak yang dipaksa memahami calistung di usia dini bisa jadi melihat hal tersebut sebagai hal yang tidak menyenangkan. Ke depannya, anak tersebut mungkin akan memiliki kemampuan membaca namun tidak gemar membaca karena pengalaman belajar yang dipaksakan.
Demikian juga dengan menulis ataupun menghitung. Seorang anak mungkin akan memilki kemampuan berhitung sederhana lebih cepat dari teman-temannya pada usia dini, namun di masa depan dia akan sulit memahami hubungan berhitung untuk kehidupan sehari-hari.
Dampak lainnya adalah anak yang dipaksakan memahami calistung bisa jadi menganggap belajar adalah hal yang membosankan. Bukan tidak mungkin anak tidak memiliki kesadaran untuk belajar pada saat usianya sudah lebih besar.
Lebih lanjut, Najeela menjelaskan keterampilan anak dalam calistung bukanlah standar kecerdasan. Sebab, kemampuan calistung hanyalah salah satu dari aspek perkembangan seorang anak.
"Mungkin pada aspek membaca belum optimal tapi kemampuan fisiknya baik atau kemampuan sosialisasinya sudah lebih baik, jadi kita harus melihat anak secara utuh bukan cuma sekadar calistung saja," kata dia.