REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal mengatakan, wacana memasukkan olahraga elektronik (E-Sport) ke dalam kurikulum sekolah dirasa tidak perlu. E-sport berpotensi semakin membuat siswa dalam hal ini generasi milenial, belajar dalam suasana serba instan.
Padahal, kata Rizal, siswa membutuhkan suasana yang dilambatkan dengan memperbanyak tatap muka atau berinteraksi secara langsung, bukan secara virtual.
"Efek hidup serba instan akan membuat mereka cepat putus asa dan galau," ujar Rizal kepada Republika, Rabu (13/3).
E-sport ini, lanjutnya, akan membuat siswa lebih banyak beraktivitas secara virtual. Sementara, berinteraksi secara langsung akan membangun empati dan dapat memahami perasaan orang lain.
"Empati, suatu karakter yang dibutuhkan di era sekarang agar peran kemanusiaan tidak tergantikan oleh dunia robot," kata Rizal.
Kekhawatiran lainnya jika e-sport ini dimasukkan dalam kurikulum, akan menciptakan suasana bosan terhadap kurikulum yang sudah ada. Sebab, dengan adanya e-sport dapat menjadi pelarian anak yang bosan akan kurikulum yang dianggap monoton dan repetitif.
"Jangan sampai e-sport menjadi pelarian kurikulum sekolah yang overloaded dan membosankan," tambah Rizal.