REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Hari Santosa Sungkari mendukung inisiatif Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) soal wacana memasukan e-sport ke dalam kurikulum. Menurut dia, memang Pemerintah perlu menyediakan alat belajar yang kekinian.
Hari mengatakan, salah satu yang diangkat oleh e-sport adalah kerja sama tim. Hal itu sangat penting untuk diangkat karena bisa melatih anak-anak untuk memiliki kemampuan sosial dalam kerja sama tim yang baik.
Saat ini, lanjut dia, banyak metode pendidikan yang dibantu dengan teknologi digital. E-sport bisa membantu anak-anak untuk memiliki kemampuan bekerja sama dalam tim melalui permainan digital.
"Saya mendukung inisiatif Kemenpora. Kita harus menyediakan alat belajar yang kekinian untuk mengajarkan softskill, salah satunya adalah kerja sama tim," kata Hari, pada Republika, Kamis (14/3).
Berdasarkan data dari Bekraf, saat ini ada sekitar 42 juta pemain gim di Indonesia. Tahun 2018, Indonesia berada di peringkat ke-17 untuk pasar permainan video gim atau gim digital.
Di dalam e-sport, tidak hanya ada pemain gim profesional namun juga terdapat profesi lain seperti manajer tim, dan caster. "Jadi seperti tim sepak bola atau basket. Di e-sport, tidak hanya sekadar bermain, tapi memerlukan strategi dan ini merupakan kerja sama tim," kata dia.
Saat ini, Bekraf bersama dengan Kemenpora, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), dan Kantor Staf Presiden (KSP) tengah mengadakan kompetisi e-sport yang diberi nama Piala Presiden E-sport 2019. Salah satu alasan dilakukan kompetisi ini karena e-sport sudah menjadi cabang olah raga dan akan dipertandingkan di Sea Games Manila.
"Kami berkoordinasi dengan Kemenkominfo untuk memastikan jaringan internetnya tidak ada gangguan, saat ini banyak game yang dioperasikan secara 'network', jadi para pemainnya bisa berada di lokasi fisik yang berbeda. Mereka dihubungkan dan bertanding melalui internet," kata dia lagi.