REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stan mobil sains keliling yang dimiliki oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Banten ikut memeriahkan Gebyar Pendidikan dan Kebudayaan di Kantor Pemda Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (16/3). Di stan tersebut tersedia contoh percobaan kimia dan permainan fisika yang membuat siswa yang hadir tertarik.
Para siswa yang hadir secara bergantian mencoba permainan fisika shock line yang kelihatannya mudah tetapi ternyata sangat sulit. Shock line adalah permainan fisika sederhana yang menggunakan listrik. Prinsip kerja dari shock line ini mirip dengan prinsip dasar sebuah saklar, yaitu memutus atau menyambung aliran listrik.
Pada acara tersebut, Kepala LPMP Banten, Mochammad Salim Somad, menerangkan mobil sains keliling ini merupakan hibah pada tahun 2002 dari Direktorat Pendidikan Menengah Umum (Dikmenum) yang sekarang menjadi Direktorat Pembinaan SMA Kemendikbud.
"Kepala LPMP ketika itu yaitu Bapak Bambang Irianto meminta mobil tersebut agar bisa digunakan melayani sekolah-sekolah yang belum mempunyai laboratorium atau sekolah yang sudah punya laboratorium tetapi kurang mempunyai kompetensi," ujar Salim, Sabtu.
Salim menambahkan, sekolah-sekolah sangat antusias dengan keberadaan mobil sains keliling ini. Bahkan sampai mengantre untuk mendapatkan giliran. Ia pun menargetkan 100 kunjungan terkait mobil sains tersebut. "Kami memprioritaskan ke daerah-daerah yang jauh dan terpencil. Walaupun mobil kami sudah agak tua tapi masih bermanfaat. Bahkan kami justru kewalahan karena banyaknya permintaan dari sekolah-sekolah," kata dia.
Salim menjelaskan pekan lalu pihaknya mengadakan sosialisasi tentang mobil sains ini. Ketika itu slot langsung terisi penuh sampai Juni 2019. Oleh sebab itu, pendaftaran saat ini ditutup.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Widyaiswara LPMP Banten, Tatang Suharta, menjelaskan, program mobil sains ini pertama kali dijalankan pada akhir tahun 2004. Pada program di tahun pertama, LPMP telah mengunjungi 20 sekolah. "Setelah itu terus ditambah karena permintaan dari sekolah banyak," kata dia.
Tatang berharap agar ke depannya siswa tidak hanya mendapat cerita tentang proses terjadinya fenomena atau kejadian dalam IPA. Ia menginginkan agar anak didik bisa melakukan dan melihat fenomena secara riil.