REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sebanyak 46 guru SMA Bina Insan, baik yang tergabung dalam program reguler maupun internasional, mengikuti In House Training (IHT). Kegiatan tersebut dilaksanakan di Laboratorium Komputer Sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3).
Kepala Sekolah SMA Bina Insani, Dedi Supriyadi mengatakan, IHT ini dalam rangka peningkatan kemampuan guru dalam menyusun soal dengan menggunakan Aplikasi Quipper. Quipper adalah e-learning yang sangat memudahkan siswa untuk belajar mandiri dan juga memfasilitasi guru untuk melakukan evaluasi secara online. “Bukan hanya menuntut guru dan siswa untuk lebih melek teknologi, namun juga pemanfaatan IT yang efisien dan efektif,” kata Dedi Supriyadi dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (10/4).
Ia menambahkan, IHT ini untuk mengoptimalkan penggunaan Quipper yang memang sudah dipergunakan oleh guru-guru SMA Bina Insani semenjak lama. “IHT ini dalam rangka pengembangan sekolah terutama peningkatan kemampuan guru dalam bidang IT melalui pengaplikasian Quipper. Hal ini agar mempermudah melakukan evaluasi. Siswa melakukan ujian tidak lagi secara konvensional, tes tulis namun melalui ujian berbasis komputer,” ujarnya.
Dengan demikian, kata Dedi, IHT bertujuan untuk mempermudah proses evaluasi dan tindak lanjutnya, karena nanti guru juga akan mendapatkan hasil secara real time dan analisis kualitas soalpun langsung didapatkan melalui analisis butir soal. Proses yang lebih cepat dalam penilaian siswa. “Selain itu, tujuan lain adalah meminimalkan penggunaan kertas, efisiensi biaya, dan hal utama adalah upaya peningkatan mutu,” paparnya.
Suasana In House Training (IHT) mata pelajaran TIK yang diadakan oleh SMA Bina Insani.
IHT tersebut dibuka oleh Wakil Direktur Pendidikan Menengah Sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, Sudirman. Ia mengemukakan, pengembangan IT yang sangat pesat harus diiringi peningkatan kompetensi IT. Apalagi guru dituntut untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki dalam rangka mewujudkan kualifikasi pembelajar yang baik, mengembangkan kualitas siswa, merancang pelaksanaan pembelajaran, menganalisis evaluasi pembelajaran dalam rangka pengembanga potensi siswa sesuai dengan prinsip pembelajaran yang bagus.
“Guru harus bisa memaksimalkan kebermanfaatan TIK dalam pembelajaran. Juga mengoptimalkan media sosial sebagai dokumentasi pembelajaran. Dalam IHT ini, guru ditantang untuk mengelola website yang informatif dan menarik,” ujar Sudirman.
M Eko Syafrudien, guru TIK SMA Bina Insani menambahkan, website itu selain mengasah literasi guru juga sebagai ajang berbagi ilmu. Guru diharapkan mengunggah hasil karyanya berupa materi yang diampunya, pelaksanaan pembelajaran, modul dan tidak menutup kemungkinan video hasil pembelajaran.
“Hal ini Kita optimalkan agar kualitas mengajar kita lebih meningkat lagi. Hal penting adalah membudayakan upload. Bukan download. Agar lebih bermakna,” kata Eko yang juga Instruktur Nasional bidang TIK dan kali ini bertindak sebagai narasumber IHT.
Eko menambahkan, guru tidak hanya berkutat dengan sisi teknisnya saja, namun juga diajarkan aplikasi yang interaktif dan menyenangkan melalui pengenalan QR code untuk kuis. “Teknologi dioptimalkan untuk melejitkan potensi yang ada,” tutur Eko.
.