REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung Jawa Barat menorehkan prestasi dalam publikasi karya ilmiah. Sebanyak 402 hasil penelitiannya sudah tercatat dalam indeks scopus.
“Ini merupakan kebangaan, karena pada periode sebelumnya penelitian kami yang terindeks (scopus) belum mencapai sebanyak itu,” ujar Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan (Puslitpen) UIN Sunan Gunung Djati Dr Wahyudin Darmalaksana, dalam keterangan tertulisnya pada Senin (22/4).
Perguruan tinggi Islam tersebut memiliki komitmen meningkatkan publikasi pada jurnal ilmiah, baik nasional maupun internasional. Rektor UIN Bandung, Prof Dr H Mahmud selalu memotivasi civitas akademika untuk meningkatkan kualitas penelitian. “Dalam berbagai kesempatan beliau selalu mengarahkan bahwa karya ilmiyah yang lahir dari penelitian merupakan kunci kemajuan perguruan tinggi,” kata Wahyudin
Sejak 2015-2019, publikasi ilmiah UIN Bandung mengalami lonjakan. Ini terlihat dari data publikasi index Scopus, yakni sejak Tahun 2009 sampai 2019 yang mencapai 402 dokumen. Jumlah publikasi dihitung menurut dokumen.
Adapun sebarannya, yaitu: 2 dokumen Tahun 2009; 10 dokumen Tahun 2010; 17 dokumen Tahun 2011; 15 dokumen Tahun 2012; 12 dokumen Tahun 2013; 20 dokumen Tahun 2014; 16 dokumen Tahun 2015; 30 dokumen Tahun 2016; 53 dokumen Tahun 2017; 214 dokumen Tahun 2018; dan 13 dokumen Tahun 2019. Data ini diambil dari portal Sinta 20 April 2019.
“Kampus harus memiliki pangkalan data sendiri. Ini penting untuk mengintegrasikan berbagai sumber”, sambung Wahyudin.
Portal Scopus mencatat 372 dokumen. Portal ini mencatat dokumen menurut afiliasi institusi. Sedangkan portal Sinta mencatat 402 dokumen menurut kategori authors.
“Pasalnya, tidak semua authors mencantumkan afiliasi UIN Bandung. Juga tidak semua authors UIN Bandung teregistrasi di Sinta. Praktis, tidak semua dokumen tercatat di portal Sinta. Juga dokumen index Scopus author UIN Bandung menyebar (tercecer, red.) tidak semuanya terhimpun pada profil UIN Bandung di portal Scopus”, tegas Yudi.
Puslitpen LP2M UIN Bandung menemukan angka index Scopus lebih dari 402 dokumen. “Ini sedang ditelusuri. Namun terkendala aplikasi. Kampus perlu menyiapkan aplikasi pangkalan data internal untuk menguatkan Moraref”, papar Yudi.
UIN Bandung melalui Puslitpen LP2M betekad menguatkan platform Moraref. Sebab, portal pengindeks yang dikembangkan oleh Diktis Kemenag RI. ini memiliki urgensi mengkur kinerja publikasi ilmiah fokus bidang keagamaan Islam.
Perguruan Tinggi mendapat peran meningkatkan publikasi ilmiah. Keberadaan lembaga pengindeks sangat dibutuhkan untuk mengukur performa publikasi ilmiah di Perguruan Tinggi. Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama Republik Indonesia, Diktis Kemenag RI mengembangkan portal Moraref (Ministry of Religious Affairs Reference). Moraref memiliki peran untuk mengukur performa publikasi ilmiah PTKI (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam).
Sementara itu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Kemenristek Dikti RI. mengembangkan portal Sinta (Science and Technology Index). Sinta dirancang untuk mengukur performa publikasi ilmiah Perguruan Tinggi di lingkungan Ristek Dikti RI.
Selainnya, institusi pengindeks publikasi ilmiah, Scopus. Institusi yang dimiliki oleh Elsevier ini merupakan perusahaan pengindeks terbesar di dunia. Publikasi ilmiah internasional reputasi global disebut “index Scopus”. Elsevier berkantor pusat di Amsterdam, Belanda.