REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tingkat pengangguran terbuka untuk lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) per Februari 2019 mencapai 8,63 persen. Angka tersebut mendominasi dibanding dengan tingkat pendidikan lain, seperti Diploma I/II/III sebesar 6,89 persen dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 6,78 persen.
Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan, tingkat pengangguran terbesar masih ditemui SMK karena kualitas lulusan dengan kebutuhan industri belum mencapai titik temu yang maksimal. "Masih ada unmatch yang menyebabkan lulusan SMK menganggur," ujarnya ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (6/5).
Tapi, Margo mengatakan, persentase tersebut mengalami penurunan dibanding dengan tahun lalu. Pada Februari 2018 terlihat bahwa tingkat pengangguran terbuka untuk SMK mencapai 8,92 persen Artinya, selama satu tahun, terjadi penurunan sekitar 0,3 persen.
Menurut Margo, penurunan persentase dikarenakan upaya pemerintah dalam mengadakan program link and match sudah terlihat dampaknya. Pemerintah melalui berbagai kementerian dan lembaga membantu memfasilitasi peningkatan kualitas lulusan SMK untuk mendapatkan pekerjaan di industri.
Di sisi lain, pihak pengusaha dibantu mendapatkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan upaya yang melibatkan dua arah ini, Margo menilai, jumlah pengangguran dapat semakin berkurang, terutama dari lulusan SMK. Dampaknya, tingkat kesejahteraan mereka dapat terdongkrak, konsumsi rumah tangga tumbuh dan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terus naik.
Margo menambahkan, jumlah pengangguran dari SMK yang ada saat ini merupakan ‘sisa’ dari mereka yang belum terkena dampak dari program link and match. "Jumlahnya pasti akan terus menurun seiring dengan tren program ini," tuturnya.
Margo menilai, pekerjaan rumah pemerintah saat ini adalah terus memperluas program link and match dan vokasi. Terutama untuk menjangkau sekolah di daerah-daerah non kota besar, termasuk di luar Pulau Jawa. Berbagai sektor industri juga harus terus digandeng dengan menawarkan kebijakan insentif fiskal yang menarik.
Dari data yang dirilis BPS, terlihat bahwa jumlah angkatan kerja pada Februari 2019 mencapai 136,18 juta orang, naik 2,24 juta orang dibanding dengan Februari 2018. Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, tingkat partisipasi angkatan kerja juga meningkat sebesar 0,12 persen poin.
Dalam setahun terakhir, pengangguran berkurang 50 ribu orang, sejalan dengan tingkat pengangguran terbuka yang turun menjadi 5,01 persen pada Februari 2019.
Sementara tingkat pengangguran terbuka terbesar ada pada jenjang pendidikan SMK, tingkat terendah terdapat apda penduduk berpendidikan SD ke bawah, yaitu 2,65 persen. "Ini karena, ketika pendidikan SD ke bawah, mereka mencari pekerjaan dengan tidak memilih sama sekali," ucap Kepala BPS Suhariyanto.