REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sejak berdiri tahun 2004 silam, salah satu progam pendidikan Dompet Dhuafa, Smart Ekselesia telah melahirkan banyak generasi berkualitas. Berkonsep sekolah ramah dhuafa, Smart Ekselensia telah memberikan harapan baru bagi banyak anak bangsa yang putus asa atas pendidikan hanya karena masalah finansial.
Salah satu sosok yang pantas dijadikan contoh atas deskripsi tersebut ialah Ahmad Darmansyah, seorang anak penjual tempe asal Kabupaten Kebumen, Jawa tengah. Setelah lulus sekolah dasar, ia berusaha untuk tetap melanjutkan sekolahnya ke jejang SMP. Orang tuanya hanyalah penjual tempe, Made, begitu ia sering disapa, sepertinya harus mengubur hasratnya mengenyam pendidikan, karena hanya karena finansial keluarga.
Semangat belajar Made tidak diragukan, sampai ia harus mencarinya jauh hingga ratusan kilometer dari kampung halamannya. Smart Ekselensia yang berada di Bogor, Jawa Barat menjadi destinasi baru atas harapan made melanjutkan pendidikan. Sekolah tersebut memberikannya kesempatan mengenyam pendidikan tingkat SMP hingga SMA secera gratis. Hal tersebut tidak Made sia-siakan. Baginya, Smart Ekselensi menjadi harapan baru atas cita-citanya.
Prestasi demi prestasi Made ukir selama berada di bangku Smart Ekselensia. Puncaknya, Made berhasil mendapat mendali emas Olimpiade Sains Nasional (OSN) cabang Biologi saat SMP. Hal tersebut menjadi kado indah bagi orang tuanya di Kebumen. Kini, Made anak penjual tempe, bertransformasi menjadi juara olimpiade sains.
Kegigihan dan konsistensi Made dalam belajar adalah kunci keberhasilannya. Kesempatan mengenyam pendidikan gratis lewat Smart Ekselensia benar-benar dimanfaatkan olehnya. Tidak sulit bagi seorang Made untuk melanjutkan pendiidikan ke perguruan tinggi. Dengan prestasinya yang memukau, banyak universitas yang membuka lebar pintu gerbangnya untuk seorang Made. Ketika lulus dari Smart Ekselensia, Made diterima di dua universitas favorit sekaligus.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN) sama-sama menerima Made. Pada akhirnya Made memilih melanjutkan di STAN. Hingga kini, Made sedang menyibukan diri mengabdi ke negara di Ditjen Perimbangan Keuangan, Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Kisah keberhasilan yang dialami Made menjadi inspirasi bagi adik-adik kelasnya. Kisah gigihnya menggerakan adik kelasnya untuk bisa mengukir kisah yang lebih sukses. Setiap tahun, siswa Smart Ekselensia selalu kembali terus mengukir prestasi. Lulusannya juga terus menjadi incaran universitas ternama di Indonesia.
Kisah Made yang hanya anak penjual tempe, berhasil menaikkan derajat keluarganya bukanlah satu-satunya di Smart Ekselensia. Banyak bibit unggul penerus bangsa yang terus saja berusaha dicetak oleh sekolah hasil penberdayaan zakat, infaq, sodaqoh, dan wakaf tersebut.