Senin 01 Jul 2019 13:49 WIB

Meski Sistem Zonasi, Sekolah Favorit Masih Pilihan Utama

Sejumlah siswa dengan jarak rumah cukup jauh mendaftar di SMPN 1 Kota Bekasi.

Rep: Febryan A/ Red: Endro Yuwanto
Ilustrasi Pendaftaran Sekolah
Foto: Foto : MgRol_93
Ilustrasi Pendaftaran Sekolah

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMPN di Kota Bekasi, Jawa Barat, telah menerapkan sistem zonasi. Namun sekolah favorit tetap menjadi pilihan utama warga Bekasi.

Para orang tua siswa lebih memilih sekolah favorit meski jaraknya lebih jauh dari domisilinya. Misalnya, SMPN 1 Kota Bekasi yang menjadi salah satu SMP favorit yang berlokasi di Jalan KH Agus Salim, Kecamatan Bekasi Timur. Tampak orang tua siswa berbondong-bondong mendaftarkan anaknya ke SMPN 1 Bekasi pada hari pertama pendaftaran PPDB, Senin (1/7).

"Sengaja mau daftar di sini karena anaknya maunya di sini, saya juga tahu kualitas di sini bagus," kata salah seorang orang tua siswa Fahmi (50 tahun) saat dijumpai di SMPN 1 Kota Bekasi, Senin.

Proses PPDB tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni diterapkannya sistem zonasi murni. Dengan zonasi murni ini, penentu lolos atau tidaknya siswa dihitung berdasarkan jarak rumah dengan sekolah. Semakin dekat jarak rumahnya, peluang lolos akan terbuka lebar tanpa melihat nilai hasil akhir ujian nasional (NHAUN).

Fahmi mendaftar putrinya bernama Nur Azizah Fahira (12), setelah melakukan prapendaftaran untuk memastikan jarak domisili dengan sekolah tujuan. Anaknya tercatat dengan nilai jarak 3.665 meter ke SMPN 1 Kota Bekasi. Meski terbilang jauh, ia tetap memilih mendaftarkan anaknya di sana. Pada pukul 11.28 WIB, anaknya kini berada di posisi 207 dari 209 siswa. "Iya lumayan jauh tapi emang mau coba di sekolah ini aja pakai zonasi," jelas dia.

Padahal, di kelurahan tempat Fahmi tinggal di Kelurahan Aren Jaya, terdapat dua SMP negeri, yakni SMPN 11 dan SMPN 32 Kota Bekasi. "Ada yang lebih dekat, tapi karena saya tahu kualitasnya jadi lebih memilih ke sini (SMPN 1 Kota Bekasi)," ujarnya.

Hal serupa dilakukan Darma (37). Warga Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, ini mengaku sengaja mendaftarkan anaknya ke SMPN 1 Kota Bekasi lantaran sekolah tersebut dinilai sebagai sekolah favorit. "Sebenarnya ada yang lebih deket SMPN 18, tapi mau prioritas coba di sini (SMPN 1) aja," ujarnya.

Darma mendaftarkan anaknya atas nama Edward Gautama Darma (12), setelah pada prapendaftaran anaknya tercatat berjarak 1.328 meter dengan SMPN 1 Bekasi. Kini anaknya berada di peringkat 125 dari 214 orang, diakses pukul 11.45 WIB.

"Karena saya tahu infomasi dari teman-teman bahwa di sini (SMPN 1 Kota Bekasi) bagus secara pendidikan, di sini juga sekolah dengan peringkat UN tertinggi di Jawa Barat," ungkap Darma.

Jika nanti gagal, kata Darma, barulah ia akan mencoba mendaftarkan anaknya di SMPN 18 Kota Bekasi yang notabene jarak rumahnya dengan sekolah lebih dekat. "Tapi mudah-mudahan bisa lolos, kalau enggak lolos di gelombang kedua paling coba di SMPN lain," jelas dia.

Pantauan Republika.co.id di website PPDB, sejumlah siswa dengan jarak rumah cukup jauh mendaftar di SMPN 1 Kota Bekasi. Jarak paling jauh mencapai 9.556 meter atas nama Fasha Putra Pratama, warga Jatimakmur, Pondok Gede Bekasi.

Kepala Seksi SMP pada Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Mawardi, mengatakan, fenomena seperti ini adalah hal yang lumrah. Karena setiap orang tua siswa, menginginkan anaknya masuk di sekolah favorit. "Itu sistem kami jalankan apa adanya sesuai Permendikbud No 51. Orang tua siswa maksa seperti itu hal biasa," ucap Mawardi.

Menurut Mawardi, hal ini tak perlu dicemaskan karena setiap calon siswa memiliki dua pilihan ketika mendaftar. Ketika calon siswa sudah gagal pada pilihan pertama, maka pilihan kedua masih terbuka peluang untuk diterima. "Kan sekolah banyak, ada SMPN 2, 18, 32, dan 11, itu masih banyak pilihannya. Kalau mereka mental di SMPN 1 kan bisa ke SMP pilihan keduanya," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement