Senin 01 Jul 2019 17:10 WIB

Naskah Keraton di Belanda akan Terus Didigitalisasi

Universitas Leiden berinisiasi maksimalkan kerja sama dalam perawatan naskah.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Endro Yuwanto
Pengunjung mengamati koleksi naskah kuno saat pameran yang bertajuk
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Pengunjung mengamati koleksi naskah kuno saat pameran yang bertajuk "Merangkai Jejak Peradaban Negari Ngayogyakarta Hadiningrat" di Bangsal Pagelaran, Kompleks Keraton Yogyakarta, DI Yogyakarta, Jumat (8/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Leiden berencana terus melaksanakan digitalisasi naskah Keraton Yogyakarta. Rencana itu disampaikan ketika melakukan pertemuan dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Pertemuan dihadiri Rektor Universitas Leiden Carel Stolker, Direktur Perpustakaan Leiden Kurt de Belder, dan perwakilan tetap Leiden di Indonesia, Marrik Bellen.

Usai kunjungan, Marrik Bellen mengatakan, Universitas Leiden memang berinisiasi memaksimalkan potensi kerja sama. Utamanya, dalam perawatan naskah dan dokumen kuno keraton yang ada di Belanda.

"Sebagai buktinya, hari ini kami membawa serta beberapa dokumen era Raja Hamengku Buwono VIII dan juga Hamengku Buwono IX dan kami tunjukkan kepada Sultan," kata Bellen di Komplek Kepatihan, akhir pekan lalu.

Namun, Bellen merasa, Universitas Leiden tentu saja akan membutuhkan bantuan dari Keraton Yogyakarta. Khususnya, untuk mendata dan menghitung jumlah pasti naskah-naskah milik Keraton Yogyakarta.

Bellen juga menjabat Direktur KITLV Jakarta. KITLV atau Koninklijk Intituut voor Taal en Volkenkunde merupakan lembaga studi Asia Tenggara dan Karibia Kerajaan Belanda.

Berpusat di Leiden, KITLV memiliki kantor perwakilan di Jakarta dengan koleksi sekitar 600 ribu buku dan 320 judul. KITLV tidak cuma kumpulkan buku, tapi meneliti dan menerbitkan buku penelitian.

Selain itu, yang banyak dikenal, KITLV turut mengarsipkan buku-buku tua dan tulisan-tulisan lain. KITLV menyimpannya dalam bentuk mikrofilm atatu mikrofiche dan digitalisasi.

Bellen menambahkan, Sultan sudah memberikan gagasan adanya program magang dari mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Belanda dan sebaliknya. Ia merasa, gagasan itu cukup bagus. "Dan sedang kami pertimbangkan lebih lanjut," ujar dia.

Selain itu, Bellen mengaku sedang berusaha merancang program-program doktor bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan studi di Leiden. Konsentrasinya budaya Jawa.

Sejauh ini, Universitas Leiden berencana menanggung semua biaya perkuliahan dan lain-lain. Rencana ini diharapkan lebih menguatkan kerja sama selain untuk digitalisasi naskah kuno.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement