REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Kepala Dinas Pendidikan Sumatra Selatan Widodo menyatakan selalu mengingatkan sekolah dan guru untuk melakukan pengawasan kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS) atau Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) agar tidak terjadi tindak kekerasan kepada siswa baru.
"Dalam setiap kesempatan selalu diingatkan kepada sekolah agar mewaspadai kegiatan MOS, sehingga tidak disalahgunakan kakak kelas atau pembina melakukan tindak kekerasan kepada siswa baru, seperti yang terjadi di SMA Taruna Palembang yang mengakibatkan seorang siswa meninggal dunia akibat dipukul dengan bambu," kata Widodo, Selasa (16/7).
Untuk melakukan pencegahan, bulan lalu, Dinas Pendidikan Sumsel melakukan sosialisasi kepada kepala sekolah untuk tidak melakukan kekerasan dalam melakukan kegiatan MOS. "Kejadian di SMA Taruna sangat mengejutkan. ternyata masih ada sekolah yang melakukan MOS dengan pembinaan mental yang berpotensi menimbulkan tindak kekerasan terhadap siswa baru," kata dia.
"Langkah kepolisian dengan cepat mengungkap kasus MOS tersebut sangat tepat dan diharapkan dengan proses hukum dapat memberikan efek jera dan mencegah timbulnya kasus serupa pada tahun ajaran baru tahun-tahun berikutnya," katanya.
Sementara Kapolda Sumsel Irjen Pol Firli mengatakan berupaya melakukan koordinasi dengan dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota untuk mencegah terulangnya kasus masa orientasi sekolah (MOS). Kegiatan pembinaan mental siswa baru Tahun Ajaran 2019 di SMA Taruna Palembang yang mengakibatkan seorang siswa meninggal dunia karena dipukul oleh pembina MOS sangat disesalkan dan tidak boleh terjadi lagi.
Kasus meninggalnya siswa dengan identitas Delwin Berli (14 tahun) saat mengikuti MOS di SMA Taruna Palembang, Sabtu (13/7) berhasil diungkap oleh tim Reskrimum Polresta Palembang dalam waktu relatif singkat sekitar 27 jam. Polisi mengamankan seorang tersangka Ofa (24) dan barang bukti satu potong bambu yang panjangnya sekitar dua meter yang diduga digunakan memukul korban.
Berdasarkan hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan pemeriksaan forensik di RS Bhayangkara Polda Sumsel, di bagian kepala korban sebelah kanan ditemukan luka memar akibat benda tumpul yang mengakibatkan meninggalnya siswa yang mengikuti MOS itu.
Dengan pengungkapan kasus terjadinya praktik pemukulan oleh pembina MOS itu, perlu dilakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi lagi di sekolah tersebut dan sekolah lainnya.
"Kasus pembinaan mental kepada siswa baru di luar batas kewajaran itu cukup di SMA Taruna Palembang ini saja, pihak dinas pendidikan setempat diminta segera mengambil langkah-langkah tepat untuk mendorong pihak sekolah melakukan tindakan yang dapat mencegah terjadinya korban saat MOS," ujar Irjen Firli.