REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menghadapi Tahun Pelajaran 2019/2020 yang baru satu pekan berjalan, Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) menggelar Training Kurtilas yang diikuti guru anggota AYPI, Ahad (21/7).
Kegiatan diikuti sekitar 30-an guru sekolah dasar (SD) dari SIT Fajar Hidayah, Fajrul Islam, Bina Ilmu, dan Nurul Fikri dengan tajuk 'Implementasi Tematik yang Efektif'. Acara yang berlangsung dari jam 08.30 sampai 12.00 WIB ini dipusatkan di Aula Abu Bakar Assidiq SIT Fajar Hidayah, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, dan dibuka langsung Dewan Pembina AYPI Draga Rangkuti.
Direktur Nurul Fikri Education Center, Dr Rahmat Syehani didaulat untuk memberikan materi sesi 1 tentang Konsepsi Dasar Kurikulum.
Suasana pelatihan Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam
Ketua Umum Yayasan Nurul Fikri Aceh Darussalam, mengatakan, mendirikan lembaga pendidikan harus memiliki makna. ''Kita mendirikan sekolah jangan sampai jadi sekolah biasa saja yang melakukan proses reguler. Tentu saja kita mendirikan sekolah melakukan proses pendidikan di sekolah harus bisa memberikan makna lebih buat seorang siswa, buat komunitas, buat peradaban,'' jelasnya.
Maksudnya, sambung Wakil Ketua AYPI, makna lebih adalah bahwa sebagai sekolah swasta harus mampu menghadirkan sebuah proses yang membangun kerangka berpikir anak untuk kesiapan mereka di masa depan.
''Proses pendidikan bukan hanya sekadar menambah ilmu pengetahuan karena sekarang kalau sekolah hanya proses menambah ilmu pengetahuan ini sudah selesai olah google,'' terangnya.
Pelatihan AYPI
Meanningful pertama, tegas Rahmat di karakter. ''Karakter tidak bisa dilakukan oleh google. Maka, harus berproses dalam menumbuhkan dan membangun karakter.''
Kedua, jelas Rahmat, mengkonstruksi pemikiran. ''Komputer, google, atau online learning, misalnya ini proses yang memiliki tantangan tersendiri. Kita harus membentuk konstruksi berpikir siswa. Ini hanya bisa dilakukan oleh guru guru yang handal, baik akhlaknya dan sistem sekolah yang baik. Sehingga bukan hanya tahu sesuatu tapi bagaimana menambah tahu, kemampuan menganalisis, meng-creat memang didesain dan dikonstruksikan di sekolah,'' tandasnya.
Sementara itu, pada sesi kedua, aplikasi penggunaan buku teks Tematik yang diterbitkan Nurul Fikri. Sri Legini, yang bergabung bersama Nurul Fikri sejak 1996 ini memaparkan proses menulis, membaca, dan kesalahannya. ''Para peserta sangat antusias dan senang terutama dalam proses menulis, membaca dan tentang kesalahan dalam membaca dan menulis,'' jelasnya.
''Konsep dasar berhitung, penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian harus dimatangkan sejak awal supaya peserta didik memahami dalam penerapannya,'' tandas Sri.
Sri melanjutkan, penggunaan buku tematik Nurul Fikri kelas 1 terdiri dari empat tema, dalam satu semester dua tema. ''Semester 1 tema aku dan keluargaku. Tema aku ada tiga sub: (1). Identitas Diri, (2). Anggota Tubuhku, dan (3). Kegemaranku. Sementara, tema Keluargaku ada tiga sub: (1). Anggota Keluargaku, (2). Tugas Anggota Keluargaku, dan (3). Kegiatan bersama Keluargaku,''rincinya.
Salah seorang peserta, Lindayanti, dari SDT Bina Ilmu, Parung, merasa bersyukur bisa mengikuti pelatihan yang digelar AYPI. Guru kelas III ini mengaku sebagai pendidik harus terus menambah ilmu terutama yang berkaitan dengan kurikulum sekolah Islam.
''Dengan pelatihan ini kita bisa me-recharge kembali teori-teori tentang ilmu pendidikan dalam mengaplikasikannya pada proses mendidik di kelas,'' ungkap Linda penuh syukur