Kamis 01 Aug 2019 14:41 WIB

Istana Presiden Sebut Rektor Asing demi Kompetisi

Rektor asing akan diundang memimpin universitas dalam negeri mulai 2020.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Moeldoko
Foto: Reuters/Beawiharta
Moeldoko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Presiden Moeldoko menjelaskan latar belakang di balik ide diundangnya rektor dari luar negeri untuk memimpin perguruan tinggi di Indonesia, mulai 2020. Moeldoko mengungkapkan, dalam sebuah kesempatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah menyampaikan ide untuk menjajal membuka ruang bagi rektor asing memimpin perguruan tinggi nasional. 

"Biar menjadi tantangan tersendiri. Kalau itu dilakukan dan bisa menumbuhkan persaingan, itu juga bagus. Saya mohon jangan dilihat dari sisi yang sempit, namun dari global kompetisi kita berada di mana," ujar Moeldoko di Kantor Staf Presiden, Kamis (1/8). 

Baca Juga

Diundangnya rektor asal luar negeri untuk mengelola kampus dalam negeri juga diyakini Moeldoko mampu mendongkrak peringkat perguruan tinggi nasional di kancah global. Presiden Jokowi, ujar Moeldoko, juga berniat mendorong agar sumber daya manusia (SDM) dalam negeri mampu berkompetisi dengan laju yang lebih cepat. 

"Kalau ada rektor dari luar, mungkin ada BUMN dirut dari luar, presiden ingin melihat bagaimana kalau bangsa ini berkompetisi. Poinnya di situ, kita ingin masuki dunia kompetitif," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menyampaikan rencananya untuk mendatangkan rektor dari luar negeri ke universitas di Indonesia. Ia mengatakan, rektor asing rencananya akan dicoba mulai tahun depan untuk melihat bagaimana dampaknya kepada pendidikan tinggi di Indonesia.

Ia mengatakan, saat ini banyak negara yang sudah mendatangkan ilmuwan-ilmuwan asing untuk memimpin perguruan tinggi di negaranya. Ia mencontohkan di Arab Saudi universitas yang sebelumnya berada pada ranking di bawah 800 kini menjadi ranking 120-an. Selain itu, hal serupa juga dilakukan di Singapura, Taiwan, dan Hongkong.

Menurut Nasir, praktik rektor asing memimpin perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi publik di suatu negara sudah biasa dilakukan di luar negeri. Terutama di negara-negara Eropa, bahkan Singapura. Dia mencontohkan Nanyang Technological University (NTU) yang baru didirikan pada 1981 kini sudah masuk 50 besar dunia dalam waktu 38 tahun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement