REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO - Para santri putri di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, menampilkan pagelaran seni Mahakarya Santri Assalaam (Mahakarsa) 633. Pagelaran seni tahunan tersebut dipersembahkan oleh santri putri kelas VI angkatan 33 Pondok Assalaam.
Mahakarsa 633 mengambil tema Dedikasi Santri Milenial untuk Indonesia Bermoral. Kegiatan berupa pentas seni dari para santri kelas I sampai kelas VI di Pondok Assalaam putri. Totalnya terdapat 1.100 santri putri yang terlibat.
Dalam sambutannya, Direktur Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam, Uripto Mahmud Yunus, mengatakan Pondok Assalaam berusaha untuk menyeimbangkan antara spiritual, intelektual, dan moral plus keterampilan. Kegiatan malam tersebut menunjukkan keterampilan para santri Pondok Assalaam.
"Oleh karena itu, Assalam malam ini akan membuktikan selain mengkaji Alquran juga mampu berkreasi, berkolaborasi, dan mempresentasikan keterampilan di depan kita semua," ujarnya.
Uripto menyebutkan, total santri putra dan putri di Pondok Assalaam mencapai 2.100 santri dari berbagai provinsi di Indonesia bahkan beberapa dari luar negeri, seperti Thailand, Malaysia, dan Qatar. Nama Assalaam berarti damai. Karenanya, Assalaam menjadi tempat yang tepat bagi para santri yang berasal dari berbagai macam suku, adat, dan negara.
"Pentas seni ini juga menandakan Assalaam selain mengajarkan para santri mengkaji ilmu, juga mereka diberi ruang seluas-luasnya bagi yang punya bakat seni, olahraga, beladiri pramuka, dan sebagainya, selalu kami fasilitasi," imbuh Uripto.
Perwakilan Pemprov Jateng, Ikhwandi, saat membacakan arahan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, menyatakan Pemprov Jateng menyambut baik dan memberikan apresiasi luar biasa para santri Pondok Assalaam. Gubernur berpesan agar kegiatan tersebut dimaknai sebagai media penyaluran kreativitas santri, sekaligus upaya membangun keakraban dan rasa kekeluargaan antar seluruh peserta.
Kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas masyarakat. Pemprov ingin nilai tersebut bisa menjadi karakter dalam menjalankan aktivitas kegiatan santri sehari-hari.
Saat ini, narkoba, tawuran, intoleransi, radikalisme, dan terorisme masih menjadi permasalahan bangsa dan mengancam generasi penerus bangsa. Masyarakat diajak gotong royong untuk mengatasi permasalahan bangsa tersebut.
"Kami mengajak para pendidik, ustaz, dan ustazah Ponpes Assalaam untuk selalu mengedukasi generasi penerus bangsa sehingga berakhlakul karimah dan mempunyai pengetahuan luas. Lindungi anak didik dari ancaman negatif yang dapat menghancurkan masa depan," kata Ichwana, membacakan arahan gubernur.
Melalui pondok pesantren diharapkan generasi muda memperbaiki diri sebagai sosok yang mondorong kemajuan bangsa. Gubernur berpesan kepada para santri yang lulus dari Pondok Assalaam agar selalu mewaspadai berita-berita tidak benar.
Para santri juga diminta bijak menggunakan media sosial. Media sosial bukan untuk mengumbar kebencian, caci maki, dan mengejek. "Gunakan media sosial untuk hal-hal positif seperti membangun jejaring pertemanan, berbisnis, dan mempublikasikan karya-karya. Agar negeri ini menjadi adem dan damai. Kami berharap event ini melahirkan talenta muda yang bisa meramaikan panggung kesenian nasional dan internasional," jelasnya.
Ketua Panitia Mahakarsa 633, Nurrahma Citra Madani, mengatakan Mahakarsa bertujuan untuk menyalurkan bakat-bakat santri, serta menunjukkan santri tidak hanya bisa mengaji tetapi bisa berkreativitas tinggi. Mahakarsa berisi tampilan seni seperti drama kehidupan sehari-hari, orkestra, tari tradisional, drama komedi, seni baca Alquran, dan sebagainya.
"Tema Dedikasi Santri Milenial untuk Indonesia Bermoral, itu tujuannya santri bisa menunjukkan bahwa Ponpes bukan tempat penyebaran paham ekstremis, radikalisme dan lainnya. Tapi kami ingin menunjukkan Ponpes itu bisa menyumbang pemimpin bangsa. Kami tunjukkan santri bisa, santri hebat dan tidak ketinggalan zaman," ujar santri asal Semarang tersebut.
Menurutnya, Mahakarsa tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Ada beberapa tambahan pentas seni seperti karawitan. Selain itu, drama yang ditampilkan sesuai dengan tema, yang menunjukkan seorang santri seperti apa. Sehingga para santri merasa bangga menjadi santri.