REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Guru Madrasah Aliyah (MA) di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten minim pelatihan kompetensi kependidikan (pedagogik) sehingga berdampak terhadap mutu dan kualitas pendidikan madrasah itu. Kepala Sekolah MA Wasilatul Fallah Pasir Sukarayat Rangkasbitung, Kabupaten Lebak Dedi mengatakan minimnya pelatihan kompetensi kependidikan tentu akan berdampak terhadap mutu dan kualitas lulusan sekolah madrasah.
Apalagi, saat ini sudah diterapkan Kurikulum 13 atau Kutilas untuk meningkatkan mutu pendidikan di Tanah Air. Selama ini, kata Dedi, mereka para tenaga pendidik di sekolahnya masih kebingungan menerapkan kutilas tersebut, di antaranya dari penilaian proses pendidikan.
"Guru kesulitan menilai standar penilaian siswa baik dari kognitif (kepandaian), afektif (sikap) dan psiomotorik (keterampilan)," ujarnya, Kamis (29/8).
Penerapan kutilas di sekolahnya itu sudah berlangsung tiga tahun terakhir, namun belum menghasilkan kemampuan tenaga pendidik yang berkualitas. Para tenaga pendidik masih menyampaikan proses kegiatan belajar-mengajar (KBM) secara konvensional karena minimnya pelatihan kompetensi tersebut.
"Dari 23 guru itu sangat minim mengikuti pelatihan kompetensi kependidikan," katanya.
Menurut dia, kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di wilayah Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Rangkasbitung hingga kini tidak berjalan dengan alasan terbentur dana. Selama ini, ujar dia, pelaksanaan kegiatan MGMP sangat penting untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai mata pelajaran tertentu.
Oleh karena itu, ia berharap Kemenag setempat dapat membantu dana untuk kegiatan MGMP tersebut. "Kami merasa prihatin minimnya pelatihan kompetensi kependidikan itu, padahal pendidikan saat ini harus bersaing dengan mengedepankan mutu dan kualitas," katanya.
Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Lebak Sudirman mengakui pelatihan kompetensi tenaga kependidikan di lingkungan pendidikan berbasis madrasah relatif kecil akibat terbatasnya anggaran itu. Namun, ia tetap berkomitmen meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tingginya minat peserta didik pada penerimaan siswa baru (PSB) tahun 2019 membludak hingga terpaksa dilaksanakan tes ujian. Mereka para peserta didik itu mulai jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan MA.
Selain itu, banyak lulusan MA diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). "Kami ke depan terus meningkatkan kompetensi para tenaga pendidik melalui pelatihan-pelatihan maupun lokakarya atau workshop kependidikan," katanya.
Ia menyebutkan, jumlah sekolah berbasis madrasah mulai RA, MTs, dan MA di Kabupaten Lebak berstatus negeri sebanyak delapan unit dan swasta 654 unit. Sedangkan jumlah tenaga pendidik sebanyak 6.471 orang dan siswa 66.103 orang.
"Tahun lalu guru yang mengikuti ujian profesionalisme sebanyak 450 orang, namun yang berhasil lulus 88 guru," katanya.