REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Workshop literasi merupakan program tahunan unggulan yang diselenggarakan oleh bidang kesiswaan SMA IT Nurul Fikri Boarding School Bogor yang digelar, Jumat (13/9) lalu. Workshop ini adalah bagian dari gerakan literasi sekolah dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat.
Acara ini diikuti oleh seluruh santri kelas X dan XI sejumlah 95 santri. Dalam sambutan diawal acara, ustadz Dedy Setyo Afrianto, selaku Kepala Sekolah SMA IT Nurul Fikri Boarding School Bogor, menyampaikan bahwa faktor penting pendidikan salah satunya adalah guru.
Guru memiliki peran besar untuk dapat menjadikan level literasi ini menjadi lebih baik. Salah satu caranya yaitu dengan mendekatkan para siswa dengan baca-tulis, bisa dilakukan melalui pendalaman materi dengan mengoptimalkan sumber lain di luar buku paket. Cara ini bisa memicu keingintahuan siswa dengan bacaan lain, sekaligus menjadikan referensi tambahan yang bermanfaat untuk cinta membaca.
Gerakan literasi di SMA IT Nurul Fikri Boarding School Bogor tahun ini berbentuk workshop digital literacy and speed reading. Deskripsi dari workshop digital literacy adalah pemanfaatan media literasi dengan menggunakan media teknologi berupa laptop, jaringan internet, dan situs literasi online.
Santri dipandu oleh pemateri membuka beberapa situs literasi online, salah satunya adalah aplikasi Nurul Fikri Reading System atau NFRS. Dalam aplikasi tersebut siswa diminta untuk membaca buku-buku NFRS yang sudah ditentukan terlebih dulu. Setelah selesai membaca siswa mengikuti tes secara online melalui aplikasi NFRS.
Gerakan literasi di SMA IT Nurul Fikri Boarding School Bogor tahun ini berbentuk workshop digital literacy and speed reading.
Anak-anak membaca sesuai dengan levelnya, misalnya untuk kelas sepuluh berlaku level tujuh. Jumlah soal untuk setiap buku berbeda-beda disesuaikan dengan jumlah halaman. Jika poin pada levelnya sudah tercapai, maka siswa akan naik level. Siswa diberi kesempatan dua kali tes untuk setiap buku dan jika nilai yang diperoleh masih kurang, siswa bisa mencoba lagi setelah dua minggu berikutnya.
Dalam menyampaikan materi,Ustazah Nova Setya Rina, juga memberi pesan moral kepada santri agar memanfaatkan media teknologi untuk kebaikan. Sebab menurutnya Allah Maha Melihat, dan setiap perbuatan akan diminta pertanggungjawabannya.
Adapun deskripsi dari workshop speed reading atau membaca cepat adalah santri di tes sikap membaca diawal seperti apa, kecepatan membacanya dan jumlah kata yang diperoleh. Menurut penjelasan dari pemateri, Adi Wahyu Adji, membaca cepat adalah keterampilan membaca dengan kecepatan di atas rata-rata tanpa mengurangi kepahaman bahan bacaan. Karenanya, membaca cepat perlu ilmu.
Dalam workshopnya, pria yang akrab disapa Kak Adi meminta masing-masing santri memegang satu buku yang sudah disediakan dan dipandu teknik membaca cepat yang benar. Secara teori teknik dasar membaca yaitu dengan mengenali kata dengan cepat, meluaskan jangkauan mata, dan mempercepat gerakan mata.
“Selaku ketua pelaksana acara ini, saya berharap dengan adanya agenda literasi sekolah seperti workshop digital literacy and speed reading, membuat santri semakin bersemangat meningkatkan budaya baca. Apalagi dengan adanya aplikasi online literasi yang menggunakan media teknologi kekinian semoga sesuai dengan kebutuhan anak zaman now, sehingga anak lebih menikmati dan tidak bosan,” ujar Rekian Wijayanti di akhir acara.