REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat se-Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) hari ini diliburkan untuk mencegah keterlibatan para siswa mengikuti aksi unjuk rasa. "Meskipun siswa/siswi tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas seperti hari-hari biasa namun para guru memberi tugas untuk diselesaikan secara mandiri," kata Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra Asrun Lio, Senin (30/9).
Kebijakan sehari meliburkan siswa/siswi dicapai pada rapat bersama para kepala sekolah, Forkopimda, tokoh masyarakat, dan para rektor yang dipimpin Gubenur Sultra Ali Mazi. Sedangkan pendidik dan tenaga kependidikan tetap menyelenggarakan pelayanan dan menunaikan tanggung jawab di sekolah seperti biasa.
"Hari ini siswa/siswi diliburkan mengantisipasi aksi unjuk rasa yang tidak terkendali yang dapat berdampak pada keamanan siswa di Kota Kendari. Mudah-mudahan penyampaian aspirasi hari ini berjalan sesuai harapan," ujar Asrun.
Dia mengimbau kepada para kepala sekolah dan dewan guru serta orang tua siswa agar mengingatkan dan menekankan kepada seluruh siswa untuk tidak terlibat dalam setiap unjuk rasa apalagi terprovokasi ke hal-hal anarkis dan kekerasan.
"Siswa masih tanggung jawab guru dan orang tua karena menurut undang-undang statusnya masih sebagai warga yang dilindungi, belum dewasa, dan belum bisa mengambil keputusannya sendiri. Baik guru, kepala sekolah maupun orang tua jangan sampai tidak tahu anaknya mengikuti unjuk rasa" katanya.
Orang tua siswa, Nasruddin (48 tahun) mengatakan kebijakan meliburkan siswa/siswi dan murid Sekolah Dasar (SD) berkenaan dengan aksi unjuk rasa sudah tepat, demi keselamatan anak-anak. "Walaupun tidak ada instruksi libur bagi anak-anak, saya sudah berinisiatif untuk meliburkan anak saya hari ini. Lebih baik di rumah daripada terkena dampak unjuk rasa," kata Nasruddin.