REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy berharap masyarakat Indonesia lebih mencintai batik dalam negeri. Sebab, ia berpendapat batik yang sebenarnya adalah yang dibuat langsung oleh tangan bukan diprint dengan alat-alat tertentu.
Selama ini, banyak kain bermotif batik bermunculan di pasaran namun kain-kain tersebut menurut Muhadjir bukanlah batik yang sebenarnya. Selain itu, kain tersebut biasanya berasal dari luar negeri. Namun, karena harganya lebih murah masyarakat lebih banyak memilih membeli batik print.
Ia berpendapat, satu batik harus berbeda dengan batik lainnya. Hal itu disebabkan, batik adalah kerajinan tangan yang dibuat langsung menggunakan kreativitas pengrajinnya.
"Saya minta ada kebanggaan terhadap produk dalam negeri, dan batik itu tidak ada batik yang ditulis, bukan yang dicetak itu namanya motif batik. Dan kita harus bisa membedakan justru letak kekuatan batik ini pada keunikannya sehingga tidak ada duanya," kata Muhadjir, usai menghadiri perayaan Hari Batik, di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Rabu (2/10) malam.
Ia menuturkan, sebagai salah satu industri kreatif, batik akan menetukan masa depan dunia. "Di industri kreatif, yaitu industri yang sifatnya eksklusif tidak difabrikasi karena itu industri kreatif, justru menjadi karya kita ke depan," kata dia lagi.
Tahun ini adalah saat 10 tahun batik ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Muhajdir mengatakan, batik saat ini sudah bukan milik Indonesia namun juga milik dunia. Di dalam perhelatan yang digelar di luar negeri, batik dan kopi menjadi dua hal yang paling banyak menarik perhatian.
"Di event internasional kita sudah mulai menggelar Indonesia culture festival. Itu yg jadi pusat perhatian itu batik dan kopi. Kemarin di Rusia juga ada fashion show yang berbahan dasar dari batik," kata Muhadjir.