REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Berdasarkan keputusan Unesco, setiap 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Hal itu secara resmi turut menjadi pengakuan terhadap batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia.
Pengakuan itu merupakan pengakuan internasional terhadap budaya Indonesia. SD Juara Yogyakarta yang merupakan binaan Rumah Zakat turut memeriahkan Hari Batik dengan aneka agenda terkait batik.
Untuk kelas 1, 2 dan 3 kegiatan-kegiatan siswa difokuskan kepada mewarnai gambar motif batik. Kepala Sekolah SD Juara, Lilik Siswati mengatakan, terdapat tiga motif batik yang disajikan untuk diwarnai.
"Batik ceplok kawung gringsing, batik ceplok mlati, dan batik semen mulwo," kata Lilik, Jumat (5/10).
Untuk kelas 4, mereka diminta membawa kaos atau jilbab yang berwarna putih untuk diberi warna teknik batik jumputan. Terakhir, kelas 5 membatik ecoprin, dan kelas 6 membatik menggunakan canting.
Semua bahan disiapkan mulai dari dedaunan untuk batik ecoprin, karet, kelereng atau manik-manik, tali rafia, pewarna kain, malam, kompor, pemidang, dan lain-lain. Mereka dibagi kelas-kelas sesuai jenis batik.
Agar lebih meriah, selama membatik dipasang lagu-lagu tradisional seperti cublak-cublak suweng, jaranan, dan lain-lain. Suasana semakin kental dengan nuansa batik lantaran siswa-siswa berseragam batik.
Lilik berharap, dari kegiatan aneka ragam membatik yang dilaksanakan mampu membuat siswa-siswa mencintai batik. Sekaligus, melestarikan budaya Indonesia yang sudah diakui dunia tersebut.
Ia menilai, dengan mencintai batik akan mampu membangun semangat nasionalisme dan kebanggaan terhadap bangsa Indonesia. Selain itu, melatih motorik halus dan kesabaran dalam menjalani proses membatik.
"Dengan demikian akan tumbuh penguatan pendidikan karakter kepada diri siswa-siswa," ujar Lilik.