REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan meski pernah berprofesi sebagai wartawan, tidak mudah juga menghadapi wartawan saat dirinya menjadi menteri. Ia mengaku pernah dirundung akibat tulisan wartawan yang salah dalam mengutip.
"Saya beberapa kali dirundung masyarakat karena ada tulisan wartawan yang salah kutip, mengutip perkataan saya sepotong-potong. Wartawan yang salah kutip, saya kena rundung," kata Mendikbud di Jakarta, Sabtu (19/10).
Muhadjir juga menjelaskan karena ada beberapa tulisan wartawan yang salah kutip, program yang sudah dirancang dengan baik justru menimbulkan penolakan pada masyarakat. Kendati demikian, sambil bercanda dia mengaku tak masalah karena itu menambah pengalamannya.
"Kemendikbud memegang peranan vital pada kepemimpinan Presiden Jokowi periode kedua, karena fokusnya menciptakan SDM unggul. Hal itu terwujud melalui pendidikan," kata dia.
Ia juga menjelaskan dulu, untuk menjadi wartawan tidak mudah karena harus menjadi anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Namun, sekarang lebih mudah karena tidak harus menjadi anggota PWI.
Muhadjir menjadi Mendikbud pada pertengahan 2016, menggantikan Mendikbud sebelumnya Anies Baswedan. Sejumlah terobosan dilakukannya, yakni penguatan pendidikan karakter, revitalisasi SMK, hingga pendidikan berbasis zonasi untuk menyelesaikan masalah pendidikan.
Ke depan, dia menitipkan empat program pada menteri berikutnya. Empat program tersebut yakni program penguatan pendidikan karakter di sekolah, percepatan distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP), melanjutkan revitalisasi sekolah, dan memperluas zonasi sekolah.