REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG— Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) mengapresiasi lima visi bidang pendidikan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia, Nadiem Makarim.
Kelima visi yang dimaksud mencakup tentang pendidikan karakter, pemberdayaan tekhnologi, peningkatan inivasi dan investasi, penciptaan lapangan kerja dan deregulasi serta debirokratisasi.
“Namun Pergunu berpendapat, masih ada yang perlu dipertajam, khususnya, pada aspek wawasan kewilayahan, budaya dan kearifan local,” ungkap Ketua PP Pergunu, Aris Adi Leksono dalam keterangannya di Semarang, Kamis (7/11).
Menurutnya, PP Pergunu memang menaruh harapan besar pada visi Nadiem, ebagai leader pendidikan di Indonesia, yang orientasinya lebih banyak menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0.
Namun perlu dipahami, kata dia, dunia pendidikan di Indonesia juga harus memperhatikan kondisi dan potensi kewilayahan Indonesia. Karena melihat Indonesia tidak cukup dengan barometer masyarakat di perkotaan saja.
Atau hanya dengan melihat kondisi kemapanan dan fasilitas kenegerian saja. “Akan tetapi juga penting melihat daerah-daerah terluar, terpencil, tertinggal dan daerah yang masih serba dalam keterbatasan lainnya,” tegas Aris.
Pendidikan, lanjutnya, juga tidak bisa lepas dari pengembangan budaya dan kearifan lokal Indonesia yang beragam, dan sesungguhnya, jika dikelola dengan baik akan menjadi potensi yang luar biasa.
Untuk itu, Kepala Pusat Kajian Teknologi dan Lingkungan Intitute KH Abdul Chalim, Mojokerto ini pun mengusulkan agar Presiden RI, Jowo Widodo menunjuk wakil menteri untuk membantu Nadiem Makarim, khususnya dalam kerja memahami kondisi kewilayan, budaya, dan kearifan lokal.
Menurutnya, kemajuan global harus direspons dengan cepat, tapi jati diri bangsa harus menjadi dasar setiap kreatifias dan Inovasi. Jangan sampai budaya dan kearifan lokal justru tergerus karena tren globalisasi.
Dalam konteks usulan siapa dan kreteria yang seperti apa wakil Mendikbud yang dimaksud, Pergunu sangat meyakini Presiden RI, Joko Widodo sudah sangat berpengalaman dalam memilihnya.
Jika ingin mendapatkan masukan dari masyarakat, tidak ada salahnya berkomunikasi dengan organisasi masyarakat yang sudah memiliki basis akar rumput, budaya dan kearfian lokal yang kuat, “Seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan lainnya,” kata Aris.