REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan Prof Taufik Abdullah mengemukakan bahwa pendidikan sejarah bagi pelajar di sekolah harus dilakukan secara bertahap.
"Sejarah itu idealnya diajarkan secara bertahap. Pada pendidikan dasar bisa menyampaikan fakta-fakta," katanya saat ditemui Antara di sela-sela"Seminar Sejarah Nasional" di Jakarta, Rabu (4/12).
Pada tahap awal, kata dia, ada tiga hal dasar yang perlu dikenalkan pada siswa yaitu nama pelaku peristiwa, waktu peristiwa, dan tempat peristiwa.
Kemudian, kata Ketua LIPI masa bakti 2000-2002 itu, pada tingkatan yang lebih tinggi guru bisa menerangkan secara sederhana mengapa peristiwa itu terjadi dan bagaimana situasinya saat itu.
Agar murid tidak bosan, Taufik Abdullah-- yang menulis buku Sejarah Lokal di Indonesian (ed.), Jakarta: Tintamas, 1974 dan Islam di Indonesia (ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada Univ.Press, 1979 itu -- mengatakan bahwa guru juga perlu menyampaikan materi pelajaran yang bervariasi.
Sementara itu sejarawan lainnya, Dr Anhar Gonggong mengatakan pelajaran sejarah jadi membosankan karena pelajaran tersebut selalu diulang-ulang di setiap tingkat pendidikan.
Untuk itu, menurut Direktur Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1996-1999) dan Deputi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Bidang Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2001-2003) itu -- diperlukan cara penyampaian yang menarik agar pelajaran tersebut menjadi menyenangkan.
"Guru perlu menyelipkan candaan di sela-sela mengajar. Tak hanya itu, guru juga perlu mengembangkan pengetahuannya agar penyampaian sejarah dapat berkembang," demikian Anhar Gonggong.