Rabu 04 Dec 2019 21:17 WIB

Sejarawan: Idealnya Sejarah Diajarkan Secara Bertahap

Menurut Prof Taufik Abdullah, pendidikan sejarah di sekolah harus dilakukan bertahap

Seorang siswi mencari buku sejarah saat mengikuti belajar bersama di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis (27/9).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Seorang siswi mencari buku sejarah saat mengikuti belajar bersama di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis (27/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan Prof Taufik Abdullah mengemukakan bahwa pendidikan sejarah bagi pelajar di sekolah harus dilakukan secara bertahap.

"Sejarah itu idealnya diajarkan secara bertahap. Pada pendidikan dasar bisa menyampaikan fakta-fakta," katanya saat ditemui Antara di sela-sela"Seminar Sejarah Nasional" di Jakarta, Rabu (4/12).

Pada tahap awal, kata dia, ada tiga hal dasar yang perlu dikenalkan pada siswa yaitu nama pelaku peristiwa, waktu peristiwa, dan tempat peristiwa.

Kemudian, kata Ketua LIPI masa bakti 2000-2002 itu, pada tingkatan yang lebih tinggi guru bisa menerangkan secara sederhana mengapa peristiwa itu terjadi dan bagaimana situasinya saat itu.

Agar murid tidak bosan, Taufik Abdullah-- yang menulis buku Sejarah Lokal di Indonesian (ed.), Jakarta: Tintamas, 1974 dan Islam di Indonesia (ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada Univ.Press, 1979 itu -- mengatakan bahwa guru juga perlu menyampaikan materi pelajaran yang bervariasi.

Sementara itu sejarawan lainnya, Dr Anhar Gonggong mengatakan pelajaran sejarah jadi membosankan karena pelajaran tersebut selalu diulang-ulang di setiap tingkat pendidikan.

Untuk itu, menurut Direktur Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1996-1999) dan Deputi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Bidang Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2001-2003) itu -- diperlukan cara penyampaian yang menarik agar pelajaran tersebut menjadi menyenangkan.

"Guru perlu menyelipkan candaan di sela-sela mengajar. Tak hanya itu, guru juga perlu mengembangkan pengetahuannya agar penyampaian sejarah dapat berkembang," demikian Anhar Gonggong.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement