Sabtu 07 Dec 2019 21:30 WIB

Mantan Wamen Minta Mendikbud Tetap Pakai Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 tersebut dinilai sudah cukup baik.

Mantan Wamendikbud Musliar Kasim meminta Kurikulum 2013 tetap dipertahankan dan dismpurnakan. Foto, Musliar Kasim (ilustrasi)
Foto: Yasin Habibi/Republika
Mantan Wamendikbud Musliar Kasim meminta Kurikulum 2013 tetap dipertahankan dan dismpurnakan. Foto, Musliar Kasim (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan MusliarKasim meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim untuk tetap mempertahankan Kurikulum 2013. Kurikulum tersebut dinilai sudah cukup baik.

"Kurikulum 2013 dirancang untuk meningkatkan kemampuan siswa, bukan hanya pada pengetahuan tetapi masuk pada keterampilan," katanya dalam acara Silaknas Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Padang, Sabtu (7/12).

Baca Juga

Musliar Kasim yang menjabat sebagai Wamendikbud periode 2011-2014 tersebut menilai kelemahan kurikulum pendidikan di Indonesia sebelum adanya kurikulum 2013 adalah tujuan yang hanya untuk mendapatkan pengetahuan. Akibatnya lulusan SMA di Indonesia punya pengetahuan, tetapi tidak punya keterampilan.

Padahal yang dibutuhkan dalam kehidupan, dalam dunia kerja adalah keterampilan bukan hanya pengetahuan. Hal itu telah diakomodasi dalam kurikulum 2013.

Hanya saja, untuk bisa menerapkan kurikulum itu secara sempurna, perlu sumber daya manusia guru-guru yang memenuhi syarat yaitu melalui pelatihan-pelatihan. Hal itu yang sebelumnya tidak tercapai karena kurikulum itu sempat dihentikan.

Musliar mengatakan dalam merumuskan Kurikulum 2013 itu setidaknya melibatkan 1.000 orang. Mulai dari pembahasan hingga pengambilan kebijakan. Praktisi pendidikan dari beberapa negara juga sudah mengakui kualitas kurikulum itu.

"Kalau bisa sampaikan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru agar kembali meneruskan Kurikulum 2013 dan menyempurnakannya," kata dia.

Kebiasaan selama ini, menteri berganti kebijakan ikut berubah. Kurikulum yang berubah-ubah menurutnya sangat tidak baik untuk pendidikan Indonesia. Sebaiknya menyempurnakan yang sudah ada alih-alih memulai kembali semua dari nol.

Sementara itu Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Detiknas) Ilham Akbar Habibie mengatakan pendidikan ke depan harus bisa memanfaatkan teknologi seperti intelegensi artifisial. Guru bisa memanfaatkan teknologi itu untuk bisa menggali potensi kecerdasan siswa dan memaksimalkannya dengan penanganan yang lebih personal.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement