Jumat 13 Dec 2019 16:04 WIB

Pencak Silat akan Diterapkan dalam Pendidikan Karakter

Pencak silat ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
UNESCO Tetapkan Pencak Silat sebagai Warisan Tak Benda Dunia, Kamis (12/12), Bogota, Kolombia .
Foto: dok. Kementerian Luar Negeri
UNESCO Tetapkan Pencak Silat sebagai Warisan Tak Benda Dunia, Kamis (12/12), Bogota, Kolombia .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tradisi Pencak Silat masuk Daftar Perwakilan dari Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid mengatakan, salah satu langkah konkrit dari pengakuan dunia itu, tradisi pencak silat akan diintegrasikan ke dalam pendidikan karakter.

Baca Juga

"Langkah-langkah konkrit yang saya kira salah satunya tadi coba mengintegrasikan tradisi pencak silat ini ke dalam pendidikan karakter di Kemendikbud," ujar Hilmar usai konferensi pers di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Jumat (13/12).

Ia mengatakan, tradisi pencak silat akah berkontribusi pada peningkatan indeks pembangunan kebudayaan. Jika generasi muda mendapatkan pelatihan dan pengalaman yang sama dari nilai-nilai pencak silat, ia berharap toleransi pun ikut menguat.

Menurut Hilmar, dalam perguruan pencak silat yang tersebar di penjuru Tanah Air sangat menekankan pengendalian diri. Sehingga tak hanya untuk kemampuan fisik, pencak silat juga justru harus membuat orang menjadi rendah hati.

"Nilai itu yang kita anggap akan sangat besar gitu kontribusinya nanti terhadap ketahanan budaya termasuk toleransi, saling pengertian, bisa menerima perbedaan," kata Hilmar.

Ia menekankan, UNESCO memasukkan tradisi pencak silat ke Daftar Perwakilan dari Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan yang diusulkan masyarakat Indonesia, bukan berarti pencak silat hanya milik Indonesia. Pengakuan itu bukan memberikan hak cipta terhadap Indonesia atas pencak silat.

Sehingga, jika ada pencak silat yang dikembangkan di negara lain selain Indonesia, maka itu juga bagian dari melestarikan pencak silat. Sebab, Malaysia pun mengusulkan pencak silat dari sisi seni bela diri, sedangkan Indonesia mengusulkan dari sisi tradisi pencak silat.

"Negara ini cuma menjadi fasilitator yang mengantar usulan masyarakat itu ke sidangnya UNESCO. Jadi nanti soal terkait tanggung jawab itu juga baliknya ke sana. UNESCO pesannya nggak cuman kebijakan pemerintah apa ada anggarannya nggak," tutur dia.

Tradisi pencak silat ini sebagai dasar filosofinya kemudian diharapkan praktiknya bisa berkontribusi terhadap kemanusiaan. Sehingga pemerintah, komunitas pencak silat, dan masyarakat Indonesia memiliki tanggung jawab agar pencak silat menyumbang pada perdamaian dan stabilitas pembangunan,

Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kemendikbud, Arief Rachman mengatakan, UNESCO melihat bahwa tradisi pencak silat ada hubungannya dengan kemanusiaan. Menurut dia, pencak silat harus menjadi program kebudayaan, diarahkan kepada pembentukan karakter dan watak manusia yang terpuji.

Ia pun menuturkan, langkah konkrit yang bisa dilakukan mengenalkan pencak silat kepada anak-anak dengan menonjolkan nilai filosofinya. Ia meminta guru pencak silat lebih mengutamakan untuk menjelaskan nilai-nilai gerakan pencak silat dalam pembentukan jati diri dan karakter.

"Kalau umpamanya mau pencak silat, anak-anak itu mungkin harus membaca dulu. Sesudah membaca doa lalu dia diberi tahu bahwa ini lebih banyak kepada gerakan bukan kepada menjatuhkan orang, seperti itu," tutur Arief.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement