REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas Sumbar Membacakan Nyaring (SMN) mengajak para orang tua untuk membacakan buku kepada anak dengan nyaring. Cara ini dinilai sebagai salah satu bentuk literasi keluarga dan meningkatkan kualitas hubungan.
"Membacakan buku dengan nyaring kepada anak adalah kegiatan sederhana yang terlihat tidak istimewa. Namun banyak orang telah membuktikan bahwa kegiatan tersebut manfaatnya luar biasa salah satu membangun kedekatan dengan anak," kata Koordinator Sumbar Membacakan Nyaring Zulda Musyarifah di Padang, Ahad (9/2).
Ia menyampaikan hal itu pada Festival Literasi Anak dalam rangka memperingati Hari Membacakan Nyaring se-Dunia yang diperingati setiap 5 Februari yang digelar di Kampung Literasi Bukik Ase Padang diikuti sekitar 100 peserta dari berbagai kalangan.
Menurut dia read aloud atau membaca nyaring telah menjadi agenda khusus para pegiat literasi di seluruh dunia.
Ia menjelaskan membaca nyaring adalah metode bercerita menggunakan media buku dengan menyuarakan tulisan yang dibaca dengan ucapan dan intonasi yang tepat, ekspresi wajah, gestur tubuh, disertai diskusi dan cara interaktif agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan penulis, baik pikiran, perasaan, sikap, atau pengalaman penulis.
Selain itu otak anak yang rutin dibacakan nyaring oleh orang tuanya akan berkembang dengan lebih optimal, hal ini juga melatih kemampuan anak untuk mendengar, fokus dan konsentrasi, ujarnya.
Tidak hanya itu dengan membacakan nyaring anak-anak akan kenal dengan konsep media cetak, menambah kosakata, dan akrab dengan bahasa buku, jika dilakukan dengan rutin dan menjadi kebiasaan, membaca nyaring akan menjadikan anak gemar membaca, muara yang lebih besar lagi, akan lahir generasi yang tinggi tingkat literasinya.
Pada sisi lain, ia menyoroti tingkat melek literasi Indonesia, dalam skor Programme for International Student Asessment (PISA) terbaru yang diumumkan akhir 2019 berada pada peringkat 72 dari 77 negara yang dinilai.
Penilaian ini adalah pengukuran untuk siswa berumur 15 tahun dari berbagai negara yang dilakukan secara rutin setiap tiga tahun untuk mengevaluasi sistem pendidikan di suatu negara. Indonesia selalu berada di posisi-posisi bawah.
Sedangkan Sumatera Barat, dalam rangking nasional Indeks Aktivitas Literasi Membaca yang dirilis oleh Kemendikbud pada Mei 2019 berada pada rentang posisi rendah dengan skor 38,57 dari 100.
Fakta lainnya adalah dari indeks tersebut, belum ada provinsi di Indonesia yang masuk dalam kategori daerah dengan tingkat minat baca yang tinggi. Kondisi ini jelas mengkhawatirkan, ujarnya.
Oleh sebab itu ia mengajak seluruh orang tua di Sumatera Barat untuk bersama-sama melakukan hal kecil, membiasakan kegiatan membaca nyaring untuk anak-anaknya.
Pada Festival Literasi dengan tema, “Membacakan Dengan Cinta, Mengubah Dunia” juga digelar serangkaian kegiatan yaitu seminar pola pengasuhan, workshop membaca nyaring, panggung berkisah, bazar dan donasi buku.
Puncak acara adalah parade membaca nyaring yaitu para relawan Sumbar Membacakan Nyaring mempraktikkan membaca nyaring untuk semua rentang umur anak, juga mendongeng oleh beberapa pendongeng yang sudah dikenal anak-anak.