REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Sumatra Selatan menciptakan motor ambulans. Motor berbiaya Rp 35 juta ini dibuat selama dua bulan secara bergotong royong.
Ketua tim pembuatan motor ambulansSMKN Sumsel, Riyo Dzulkarnain mengatakan bahan baku atau alat-alat untuk merakit menggunakan barang baru dan sebagian kondisi bekas tak terpakai. "Kami menggunakan motor sekolah yang masih layak pakai, jadi lumayan untuk menghemat modal," ujar Riyo yang juga siswa kelas 12 jurusan otomotif SMKN Sumsel.
Menurut dia proses perakitan hingga melengkapi komponen dikerjakan setiap hari pada waktu pulang sekolah maupun saat praktik kelas. Dalam pengerjaannya para siswa juga didampingi para guru.
Riyo mengaku bagian tersulit adalah merakit badan ambulans yang membutuhkan waktu hingga tiga minggu. Sedangkan perakitan mesin dan lainnya tidak menemui kendala apapun.
"Kami harus membuat badan motor ambulans kokoh, kuat dan presisi walaupun prosesnya serba manual," kataRiyo.
Meski sekilas motor ambulans tersebut mirip becak motor, kata dia, namun badan ambulans memiliki dimensi panjang 2 meter dan lebar 1 meter. Motor ambulans ini mampu menampung 1 kasur ukuran tubuh orang dewasa, kipas angin, tabung oksigen, tabung gas kebakaran, kotak P3K, sirene, alat komunikasi, tandu, kotak sampah, dan berkapasitas tiga orang.
"Jadi satu orang mengemudikan motor, satu orang korban dan satu orang penjaga di dalam," ujar Riyo.
Kepala SMKN Sumsel, Rafli, mengatakan motor ambulans karya siswanya itu dikerjakan oleh siswa dari empat jurusan yakni teknik permesinan, teknik kendaraan ringan, teknik mekatronika dan teknik listrik. "Sebetulnya proses pembuatan dilakukan bergantian oleh para siswa, tetapi memang tim intinya ada delapan orang yang mengerjakan setiap hari dan didampingi guru masing-masing jurusan," kata Rafli.
Sekolah akan melaporkan karya motor ambulans ke Pemprov Sumsel agar dapat dibuat secara massal. Sekolah juga berencana mengenalkan motor ambulans kepada masyarakat dengan harapan ada yang berminat memesan.
"Baik siswa dan guru juga masih terus mengevaluasi motor ambulansini sampai dirasa sempurna dan siap pakai," ucap Rafli.