REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membentuk unit baru, yakni Pusat Prestasi Nasional. Pusat Prestasi Nasional Kemendikbud akan melakukan kurasi atas prestasi siswa.
"Kemendikbud membuat unit baru yaitu Pusat Prestasi Nasional. Pusat ini yang kemudian akan melakukan kurasi terhadap prestasi siswa," ujar Analis Pengembangan Peserta Didik Pusat Prestasi Nasional Kemendikbud Rizal Alfian pada pembukaan Festival Sains dan Budaya II di Sekolah Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (21/2).
Dia menambahkan melalui pusat prestasi tersebut, akan dilakukan pendataan terhadap siswa-siswa yang memiliki prestasi. Pusat Prestasi Nasional tersebut berada di bawah Sekretaris Jenderal Kemendikbud.
Melalui Pusat Prestasi Nasional tersebut, lanjut dia, negara hadir mengawal keberlanjutan prestasi anak-anak yang memiliki potensi. Rizal juga mengapresiasi pelaksanaan Festival Sains dan Budaya tersebut, yang turut membantu pemerintah dalam mencari anak-anak yang berprestasi.
FSB merupakan penggabungan program besar dari Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) ke-12 dan Olimpiade Seni dan Bahasa Indonesia (OSEBI) ke-6. Pada tahun ini, gema yang diangkat yakni "Bangun Generasi Gemilang".
ISPO merupakan olimpiade proyek penelitian dalam bidang sains, teknologi, lingkungan dan komputer. Kegiatan itu diperuntukkan untuk siswa SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK.
Sedangkan OSEBI merupakan ajang penggalian bakat, kemampuan, dan kecerdasan siswa dalam bidang seni dan Bahasa Indonesia. Perlombaan itu ditujukan bagi generasi muda berusia 6 hingga 18 tahun.
Presiden ISPO, Prof Riri Fitri Sari, mengatakan pada tahun in jumlah siswa yang mengikuti Festival Sains dan Budaya untuk kategori sains sebanyak 134 tim. "Jumlah pendaftarnya sebanyak 600 tim, namun setelah diseleksi didapat 134 tim. Ide-ide mereka bagus-bagus, karena memang ide-ide cemerlang biasanya dari yang muda-muda," kata Riri.
Sebelum mengikuti kompetisi tersebut, para siswa dilatih dulu agar bisa mempresentasikan dengan baik. Begitu juga metodologinya, mulai dari analisis kebutuhan, masalah, ide penelitian sampai tuntas dan kelebihannya.
"Melalui kompetisi ini, sudah kelihatan potensi-potensi siswa. Dengan berdirinya Pusat Prestasi Nasional ini, maka akan menyatukan potensi seluruh anak Indonesia," jelas Riri.
Presiden OSEBI, Dr Liliana Muliastuti, mengatakan pelajaran seni dan budaya kerap diabaikan padahal untuk memajukan pendidikan tidak hanya mengedepankan intelektual saja. "Tapi juga mengedepankan hal afektif. Untuk seni budaya, prestasi internasional bukannya tidak ada. Tapi sering kali terbentur masalah biaya, yang mana untuk mengirim tim seni itu perlu biaya yang tidak sedikit," kata Liliana.
Liliana berharap ke depan, Pusat Prestasi Nasional memiliki perhatian pada seni dan budaya, sehingga dapat mengakomodir siswa yang ingin mengharumkan nama bangsa melalui ajang seni budaya di tingkat internasional.