"Anakku dibully setiap hari oleh kawannya secara bergantian, apa akalku..?" demikian sebuah status yang cukup membuat aku menghentikan cursor blackberryku pada sebuah status di facebook, sebuah status yang cukup mengundang haru, dan ku lihat yang comment sudah banyak sekali. Ada yang mengecam, ada yang ingin bertemu langsung dengan sang guru, ada yang hanya mendoakan saja dan sebagian besar memberikan saran yang beraneka tapi intinya semua prihatin.
" adduh, mbak, kasihan amat sichh, emang anakmu sekolah dimana..?"
" wah kalau jadi kamu, aku samperin gurunya dan kasih tahu supaya anak-anak diawasi dong.."
" sabar yaa mbak, emang si Fadhli diapain..?"
" subhanallah, mbak datengin saja ke sekolahnya.."
dan sebagainya.
Anakku yang kebetulan aku tunjukin status kawanku, hanya tersenyum dan mengatakan , "anaknyalah harus diajarkan berani, dimana-mana memang banyak bullying, cuma kan guru kadang-kadang gak bisa apa-apa, dan anak-anak itu kalau membully pasti pas gak ada gurunya lahh.."demikian Zahra putriku, 13 tahun menuturkan acuh tak acuh. "So, solusinya apa dong, kasihan anak itu, dibully setiap hari.." kataku dengan setengah mendesak pada putri sulungku yang cerdas dan kritis. "Yaa, solusinya gak ada mi, kalau di depan guru maupun orangtuanya pastilah anak-anak yang membully itu diam saja dan segera jadi baik, paling salaman dan minta maaf, cuma tidak akan menyelesaikan masalah, yang paling efektif yaa, anak yang dibully itu diajarkan untuk jadi murid yang punya kelebihan atau punya confidence (kepercayaan pada diri sendiri) agar dia mampu mengatasi masalahnya serta melawan kawan-kawannya yang membully," Zahra menuturkan panjang lebar.
Solusi bullying mungkin banyak, namun menurutku sama dengan Zahra, yaitu kita bekali anak kita rasa confident atau kepercayaan pada diri sendiri bahwa dirinya berarti dan pantang dibully.
Fifi.P.Jubilea
Founder and Conceptor of JISc
(bundafe : artikel, konsultasi pendidikan anak, remaja dan keluarga)
http://www.jakartaislamicschool.com/